Mohon tunggu...
Eriza Fudlah
Eriza Fudlah Mohon Tunggu... Bankir - karyawan swasta

Ordinary people but have great dream n wish..

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Korupsi Bahaya Laten Terbuka

9 Desember 2012   12:37 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:57 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang dirut lembaga keuangan syariah mengatakan, kejahatan koruptor itu sungguh berlapis dosanya dan multiplier effect. Koruptor bukan saja menipu tapi juga menghancurkan perusahaan dan orang-orang sekitarnya.

Saat koruptor memberikan uang haram kepada keluarganya. Saat itulah ia telah menghancurkan kehidupan anak dan istrinya. Kehidupan keluarganya yang dihidupi dari uang hasil korupsi menjadi tidak berkah.

Dan bila korupsi terjadi pada anggaran pendidikan maka dunia pendidikan pun menjadi terkena dampaknya. Dari mutu sekolah, bangunan sekolah dan akhirnya masa depan pendidikanpun menjadi rusak. Akibatnya masa depan negara pun hancur karena generasi penerus memiliki pendidikan yang rendah atau tak bermutu.

Akibat korupsi, Indonesia yang merupakan salah satu negara yang memiliki pantai terpanjang di dunia, garam pun impor. Akibat korupsi, Indonesia yang tanahnya sangat luas ketimbang Thailand dan Vietnam, justru mengimpor beras dari kedua negara tersebut. Masih banyak lagi dampak yang merugikan dan menyakitkan akibat korupsi.

Bila dulu pemerintah menyatakan komunis adalah bahaya laten. Maka menurut saya saat ini korupsilah yang menjadi bahaya laten. Berantas korupsi dari berbagai lini dan jenis. Dari jenis korupsi waktu hingga korupsi uang.

Caranya? Bukan sekedar membuat slogan atau jargon baru atau tebang pilih. Hukum koruptor seberat-beratnya, ambil kembali apa yang mereka korupsi. Hukum aparat hukum dari polisi, jaksa, hingga Hakim dengan hukuman yang sangat berat. Kalau perlu pasang wajah mereka diberbagai media. Perlakukan mereka bak penjahat. Contoh China dan Korea yang menerapkan hukuman berat kepada koruptor. Hasilnya, kedua negara itu berhasil menjadi macan asia sesungguhnya. Bukan menjadi macan ompong yang tak pernah berhasil menjadi tuan rumah di negeri sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun