Mohon tunggu...
Eriza Fudlah
Eriza Fudlah Mohon Tunggu... Bankir - karyawan swasta

Ordinary people but have great dream n wish..

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Ingat Redenominasi Bukan Sanering

10 Desember 2012   03:50 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:55 1079
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Secara teori ekonomi, sanering tidak memiliki dampak apapun. Secara psikologis mungkin. Bayangkan sebelumnya anda memiliki gaji Rp10 juta Maka setelah sanering, anda hanya bisa mengatakan gaji anda sebesar sepuluh ribu rupiah.

Untuk itulah pemerintah mempunyai langkah-langkah dalam menerapkan sanering.

1. Pada tahun 2011-2012, pemerintah sudah melaksanakan sosialisasi intensif ke masyarakat dan dunia usaha.

2. Pada tahun 2013-2015. BI mulai pelan-pelan menarik uang rupiah yang lama dan lusuh. Meski uang lama masih berlaku, Rupiah baru pun mulai dicetak dengan penanda kata ‘BARU’. Label harga atau jasa sudah menggunakan dua versi, seperti yang telah dijelaskan di atas.

3. Selanjutnya pada tahun 2016-2018, seluruh uang kertas lama lama ditarik dan uang baru mulai berlaku.

4. Pada tahun 2019 – 2020, pemerintah mulai menarik uang berlabe ‘BARU’ dan menggantinya dengan uang tanpa tanda ‘BARU’.

Masyarakat sesungguhnya tidak perlu khawatir atau takut dengan rencana BI dan pemerintah ini. Begitu juga dengan anggota dewan terhormat. Jika sanering dilakukan, kita tidak perlu mempunyai bergeplok-geplok dengan nilai yang sebenarnya kecil.

Saat kita menukarkan uang atau membeli barang yang nilainnya dolar, kita tidak akan menyebut berjuta-juta meski nilainya tetap jutaan 

Suka tidak suka, Sanering juga menaikkan gengsi kita di dunia. Indonesia pun tidak dikenal dengan negara yang nilai tukar uangnya sangat rendah.

Negara yang pernah menerapkan Sanering adalah Turki, Romania, Polandia, dan Ukrania serta negara yang gagal seperti Rusia, Argentina, Brasil, dan Zimbabwe.

Kegagalan beberapa negara dalam menerapkan redenominasi adalah waktu penerapan yang tidak tepat. Negara Zimbabwe menerapkan Redenominasi saat kondisi perekonomiannya tidak stabil dan mengalami inflasi yang tinggi. Akibatnya meski sudah diterapkan redenominasi namun nilai tukar tetap saja rendah. Hingga membutuhkan uang dengan nilai besar untuk melakukan transaksi perdagangan atau bisnis lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun