Mohon tunggu...
Mikael Wijaya
Mikael Wijaya Mohon Tunggu... Penulis - Pelajar

Siswa SMA Kolese Loyola

Selanjutnya

Tutup

Nature

Mengenal Dendrochronology

5 Oktober 2019   19:28 Diperbarui: 5 Oktober 2019   19:57 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Skeleton plot (sumber: cybis.se)

Dalam anatomi tumbuhan, dikenal istilah kambium yaitu salah satu contoh meristem lateral (meristem samping) yang terdapat pada tumbuhan dikotil dan gymnospermae yang berbatang kayu. Adanya kambium inilah yang menyebabkan terjadinya pertumbuhan sekunder berupa penebalan pada batang tumbuhan jenis tersebut, karena terjadi pembelahan terus menerus pada sel kambium vaskuler di batang. Pertumbuhan sekunder ini juga menyebabkan terbentuknya lingkaran tahun pada batang tumbuhan tersebut. (Irnaningtyas, 2017). Lingkaran tahun ini dapat diamati langsung dengan melihat penampang melintang batang kayu. Tumbuhnya lingkaran tahun pada batang tumbuhan berkayu ini dapat memiliki lebar yang berbeda-beda, tergantung pada keadaan lingkungan tempat tanaman tersebut tumbuh. Jika keadaan lingkungan subur, misalnya karena sering terjadi hujan, maka lingkaran tahun yang terbentuk di batang tumbuhan tersebut lebih tebal. Sebaliknya, jika terjadi kekeringan di daerah tempat tumbuhnya tanaman tersebut, maka lingkaran tahun yang terbentuk pun juga menjadi lebih tipis (Harold C. Fritts, 1966).

Karena pembentukan lingkaran tahun ini dipengaruhi oleh musim, maka jumlah lingkaran tahun pada tanaman tentu saja dapat dijadikan sebagai dasar penghitungan usia dari tanaman berkayu tersebut karena dalam satu tahun selalu musim-musim berganti secara berkala, tiap beberapa bulan sekali. Penghitungan usia tanaman berkayu ini memilik banyak kegunaan, sehingga memunculkan cabang ilmu tersendiri yang disebut dendrochronology atau dalam bahasa Indonesia disebut dendrokronologi. Dendrokronologi adalah sebuah ilmu yang mempelajari cara saintifik untuk menghitung secara akurat tahun pembentukan lingkaran tahun pada suatu tumbuhan berkayu, dan pada saat bersamaan usia dari tumbuhan tersebut. Dilihat dari etimologi, dendrokronologi berasal dari bahasa Yunani Kuno yaitu dendron yang berarti pohon, chrono yang berarti waktu, dan logos yang berarti ilmu.

Dendrokronologi sebagai suatu cabang ilmu juga mempunyai ilmu turunan lain yang mempelajari berbagai bidang menggunakan lingkaran tahun pohon. Ilmu turunan dari dendrokronologi misalnya dendroarkeologi yang mempelajari artefak berbahan dasar kayu, dendroklimatologi yang mempelajari hubungan lingkaran tahun kayu dengan iklim dunia, dendroekologi yang mempelajari hubungan lingkaran tahun kayu dengan ekosistem, dan banyak cabang ilmu lainnya. Pembentukan lingkaran tahun pohon yang digunakan sebagai dasar perhitungan dendrokronologi dan cabang ilmu turunannya tentu juga dipengaruhi hal yang sama yaitu musim.

Namun, pada zaman sekarang, karena terjadi perubahan iklim dan cuaca di bumi akibat fenomena seperti global warming pergantian musim setiap tahun secara berkala tentu saja terganggu dan menjadi lebih tidak menentu. Sedangkan, penghitungan usia dari tanaman berkayu masih berdasarkan lingkaran tahun dari tanaman tersebut, yang tentu saja dipengaruhi oleh musim. Jika perubahan iklim yang memang nyata terjadi ini juga mempengaruhi pembentukan lingkaran tahun pada tumbuhan berbatang kayu, maka tentu saja hal ini juga dapat mempengaruhi akurasi perhitungan dendrokronologi dan cabang ilmu turunannya pula. Hal ini dapat berdampak besar karena ketidakakuratan perhitungan ini dapat mengurangi kredibilitas dendrokronologi dan cabang ilmu turunannya sehingga dapat mengurangi validitas berbagai riset yang dibangun dari ilmu dendrokronologi.

Lantas, apakah memang perubahan iklim yang terjadi di dunia sekarang ini mempengaruhi relevansi dari dendrokronologi sebagai ilmu tentang perhitungan usia tumbuhan mengunakan lingkaran tahunnya? Menurut literasi dan kajian pustaka yang telah penulis lakukan, dendrokronologi sebagai cabang ilmu ternyata masih relevan meskipun telah terjadi perubahan iklim yang mempengaruhi objek utama dendrokronologi yaitu lingkaran tahun.

Fenomena gangguan terhadap iklim dan musim yang terjadi, misalnya terjadinya kekeringan hebat di tengah musim panas memang dapat menyebabkan perubahan dalam jumlah lingkaran tahun yang terbentuk, dari yang seharusnya hanya satu menjadi tidak ada atau malah terbentuk dua lingkaran tahun. Ini akan menjadi suatu masalah bila penghitungan usia tanaman hanya dilakukan melalui penghitungan secara langsung berdasarkan jumlah lingkaran tahun seperti yang diketahui oleh khalayak umum. Padahal sebenarnya, perhitungan dendrokronologi tidak sesederhana itu, namun menggunakan cara yang telah teruji secara ilmiah dan memperhatikan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi perhitungan, seperti perubahan jumlah lingkaran tahun yang terbentuk dalam satu tahun sehingga menjadi sangat akurat.

Untuk memahami secara lebih jelas mengapa dendrokronologi masih akurat dan relevan, perlu dipahami bagaimana metodologi dari perhitungan dendrokronologi. Salah satu contoh yang bisa digunakan adalah perhitungan usia Pinus aristata di Black Mountain dan Almagre Mountain pada tahun 1992 oleh F. Craig Brunstein dan David K. Yamaguchi untuk membuktikan hipotesa mereka bahwa Pinus aristata dapat hidup lebih dari 1500 tahun.

Dalam peneilitiannya, langkah pertama yang dilakukan adalah mengidentifikasi tanaman Pinus aristata yang akan dijadikan objek perhitungan. Objek ini tidak hanya satu, namun sejumlah 10 dari Black Mountain dan 2 dari Almagre Mountain. Dari masing-masing pohon ini diambil 1-6 sampel penampang melintang batang yang diambil menggunakan alat bernama increment borer. Untuk memperkuat dan mencocokkan perhitungan, sampel penampang melintang dari 16 pohon yang lebih muda di daerah tersebut juga diambil. Untuk mengenali dengan tepat tanaman yang termasuk spesies Pinus aristata tersebut, dilakukan pengecekan karakteristik. Karakteristik yang utama digunakan untuk mengenali Pinus aristata adalah tempat yang memenuhi kondisi pertumbuhannya yaitu daerah yang panas dan kering. Pengambilan sampel juga dilakukan di tempat dimana rumpun Pinus aristata tumbuh agak terpisah dari tanaman lain sehingga kemungkinan sampel pernah terkena dampak kebakaran hutan kecil.

Setelah sampel penampang melintang batang pohon ini diambil, sampel kemudian dikeringkan dan dibersihkan sesuai dengan standar prosedur dendrokronologi. Karena jumlah lingkaran tahun yang ada pada tiap sampel berjumlah ratusan hingga ribuan, untuk mengidentifikasinya dilakukan pengamatan menggunakan mikroskop. Setelah diidentifikasi, pola lingkaran tahun pada masing-masing sampel digambar di kertas milimeter blok. Grafik pola lingkaran tahun ini disebut skeleton plot.

Skeleton plot ini menjadi salah satu sumber data yang digunakan untuk perhitungan tahun terbentuknya masing-masing lingkaran tahun secara akurat. Metode perhitungan akurat ini disebut crossdating. Crossdating ini merupakan cara mencocokkan perhitungan tahun pembentukan pola skeleton plot antar sampel yang ada sehingga kesalahan perhitungan di sampel tertentu yang mengalami gangguan sehingga mengalami perubahan jumlah lingkaran tahun yang terbentuk dalam satu tahun dapat dihindari. Dasar dari metode crossdating ini adalah bahwa sekelompok tanaman berkayu yang hidup berdekatan di daerah tertentu seharusnya memiliki pola pembentukan lingkaran tahun yang sama karena kondisi alamnya juga sama. Maka, bila ada salah satu sampel yang memiliki perbedaan di bagian tertentu dapat disimpulkan bahwa di sampel tersebut terjadi gangguan dalam pembentukan lingkaran tahun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun