Mohon tunggu...
MIKAEL MILANG
MIKAEL MILANG Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis Berita Mahulu

Seorang Jurnalis didaerah Pelosok Kalimantan Timur, Mahakam Ulu.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Aku Adalah Dia Bab 2 - Melanjutkan Kuliah di Kota

24 April 2024   23:30 Diperbarui: 24 April 2024   23:32 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Andre di dalam ruang ATM/dokpri

Aku telah lulus dari Sekolah Menengah Atas dan saatnya untuk melanjutkan pendidikanku dijenjang yang lebih tinggi lagi yakni ke perguruan tinggi. Impianku adalah kuliah diperguruan tinggi negeri ternama di Samarinda. Aku lolos dalam seleksi Mahasiswa Baru, aku sangat senang sekali tapi bahagiaku seketika berubah menjadi kesedihan lantaran daftar ulang yang terbilang cukup mahal bagiku.

“Sepertinya kisahku hanya sampai disini,” kataku. Pikiran pesimis menghantamku dengan keras sehingga aku hanya pasrah bahwa aku akan menjadi seorang anak kampung yang hanya bermimpi untuk kuliah. Aku kembali kekost yang baru saja tiga hari aku tempati, kost inipun kost yang direfrensikan bibi dan paman untukku jadi aku tidak perlu repot-repot mencari kost saat aku tiba dikota.

Malampun larut, mataku belum juga terpejam, kuusap wajahku yang sejak tadi mengeluarkan butiran keringat kecil menandakan ruangan kost yang aku tempati sangat panas karena tidak ada kipas angin ataupun AC seperti kost-kost lainnya. Karena sejak masih kecil aku diajari papa dan mama untuk selalu bersyukur dalam keadaan apapun membuatku tidak banyak mengeluh.

Kring…kring…kring, bunyi handphone Nokia seri 8250 milikku berbunyi, ternyata bibi menelponku. “Halo, Andre, bagaimana kabarmu disana?” tanya bibi. Aku menjawab bibi dengan penuh semangat, “Aku baik saja bi, lagi dikamar sekarang, bibi dan paman apakabarnya?”, bibi menjawab dan mengatakan bahwa keadaan mereka baik-baik saja, hal itu membuatku lega dan mengucap syukur kepada Tuhan bahwa kedua orang tua yang mengasuh aku ketika masih di SMA ini dalam keadaan sehat.

Bibi bertanya tentang hasil test seleksi mahasiswa baru yang telah saya lalui beberapa hari ini, aku menjawab bibi dengan perasaan yang sangat tertekan. Sempat terdiam beberapa saat, aku mengatakan kepada bibi kalau aku sendiri lulus seleksi ini tapi aku tidak bisa melanjutkan kuliah karena biaya pendaftaran ulang yang sangat mahal sehingga aku harus mundur.

“Berapa biaya pendaftaran ulangnya, Andre?” tanya bibi. Biaya pendaftaran ulang sekitar lima juta rupiah bi, jawabku,  sementara uang saku yang aku miliki hanya satu juta rupiah saja. Mendengar hal itu bibi tertawa seolah lega dan berkata, “berarti Andre belum membaca surat bibi yang bibi sisip di travel bag-mu, coba deh kamu buka?” pinta bibi.

Seketika perasaan penasaran menyelimuti pikiranku, sambil memegang ponsel aku bergegas membuka travel bag yang kutaruh disudut ruangan. Bibi masih bertanya melalui telpon apakah aku telah menemukan surat yang dia sisipkan itu, Aku menjawab bahwa suratnya sudah aku lihat tapi masih berada didalam amplop. Bibi menyuruhku mematikan ponselku dan membuka suratnya terlebih dahulu dan membaca, aku menyetujui permintaan bibi dan mematikan ponsel tersebut.

Aku coba membuka amplop dengan penasaran aku membaca surat bibi dengan seksama: “ Andre, bibi dan paman sebenarnya tidak bisa jauh dari Andre, walaupun Andre bukanlah anak kandung bibi dan paman, tapi kami merasa bahwa Andre adalah anak kami berdua. Sejak meninggalnya anak bibi yang pertama saat berusia 8 tahun, bibi dan paman sangat terpukul sehingga kami sempat  jatuh sakit. Bibi yang sudah tidak bisa lagi memiliki anak karena bibi memiliki suatu penyakit yang menyebabkan bibi tidak bisa lagi mengandung membuat bibi juga syok. Tapi sejak kehadiranmu ditengah bibi dan paman, kami sangat bahagia kami merasa bahwa ada sosok anak lelaki yang menggantikan anak kami yaitu sepupumu yang telah pulang ke pangkuan Tuhan,”

“Bibi dan paman menuliskan surat ini jauh sebelum kamu lulus dari SMA, bibi tidak pernah berniat untuk menyuruhmu untuk berjualan kue apalagi membuatmu seolah sebagai seorang anak yang hanya dititip oleh orangtua. Bibi dan paman berniat untuk membentukmu menjadi anak yang mandiri dan kuat, makanya bibi dan paman sepakat mengajarkan makna kehidupan kepada Andre agar Andre kelak menjadi anak yang memiliki mental kuat,” tulis bibi dalam surat tersebut.

Air mataku dari tadi tak terasa menghangati pipiku dan tidak sadar beberapa tetesan air mataku jatuh mengenai surat yang cukup panjang tersebut, aku mengambil tisu dan kubersihkan surat yang basah karena air mataku supaya tintanya tidak pudar dan melanjutkan membaca lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun