Mohon tunggu...
Mikael Ernest Susanto
Mikael Ernest Susanto Mohon Tunggu... Lainnya - Siswa SMA Kanisius

Amatir dalam menulis

Selanjutnya

Tutup

Music

Bayangan Gelap di Balik Ketenaran dan Popularitas

8 November 2024   21:55 Diperbarui: 8 November 2024   22:17 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Musik. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Hal ini menimbulkan pertanyaan besar: apakah status selebriti memungkinkan mereka untuk menghindari keadilan yang sama seperti masyarakat biasa? Jika dibandingkan dengan perlakuan pada masyarakat umum, mungkin hukum sudah bertindak lebih tegas tanpa pandang bulu.

Moralitas vs. Ketenaran: Refleksi untuk Dunia yang Lebih Jelas

Membandingkan selebriti yang menyalahgunakan kekuasaannya dengan raja-raja di masa lalu rasanya tepat. Pada masa lalu, raja memiliki otoritas absolut yang hampir tidak bisa disentuh oleh hukum. Apa pun yang mereka lakukan, keputusan mereka sering kali final---terserah baginda raja, apaan sih? Situasi yang sama terlihat dalam banyak kasus selebriti saat ini, yang berperilaku seolah berada di atas hukum hanya karena memiliki pengaruh besar. Perilaku "kebal hukum" ini membuat banyak pihak mengernyitkan dahi.

Bisa jadi ini bukti bahwa masyarakat masih terjebak dalam "feodalisme" modern, di mana ketenaran memberi kekuasaan untuk bertindak sesuka hati. Jika dibiarkan, hal ini akan mengikis kepercayaan publik terhadap keadilan, menumbuhkan persepsi bahwa selebriti seperti P Diddy tak akan pernah menghadapi konsekuensi setimpal atas tindakan mereka. 

Fenomena ini memperlihatkan bahwa dunia selebriti sering kali seperti kerajaan, di mana kekuasaan dan popularitas menjadi "perisai" dari hukum yang berlaku bagi masyarakat umum.

Mungkin memang sudah saatnya kita berhenti mengidolakan sosok-sosok ini secara membabi buta. Mereka juga manusia biasa, dengan segala kekurangan. Bukankah lebih baik kita berhenti mengagumi orang hanya dari pencapaiannya di panggung? Toh, ketika semua lampu sudah padam, yang tersisa hanyalah realita---dan realita sering kali jauh dari apa yang kita bayangkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun