Mohon tunggu...
Mikael Ernest Susanto
Mikael Ernest Susanto Mohon Tunggu... Lainnya - Siswa SMA Kanisius

Amatir dalam menulis

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Membentuk Karakter melalui Pengalaman: Canisius College Cup

17 September 2024   18:19 Diperbarui: 17 September 2024   18:20 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Pengalaman, yang sering kita dengar, adalah guru terbaik, tapi itu hanya benar jika Anda merenungkannya dan mengambil pelajaran darinya"

Kolese Kanisius terkenal di masyarakat sebagai sekolah yang mendidik calon-calon pemimpin, tidak hanya unggul dalam kompetensi, tetapi juga dalam karakter. Sejak awal menginjak langkah pertamanya sebagai seorang Kanisian, mereka langsung menghadapi berbagai macam tantangan yang memaksa mereka keluar dari zona nyaman. Mereka dibentuk untuk memiliki keseimbangan antara kehidupan akademik dan nonakademik di tengah kesibukan.

Pelajaran yang diajarkan bagi Kanisian tidak hanya berasal dari pembelajaran di kelas, melainkan dari berbagai macam kegiatan internal dan eksternal juga. Nilai-nilai seorang Kanisian ditempa dalam keseharian di kelas dan dari kegiatan-kegiatan formatif. Kegiatan tersebut menjadi sarana untuk mendapatkan pelajaran-pelajaran serta nilai yang jarang bahkan tidak dapat didapatkan dari tempat lain. Pengalaman terjun langsung dalam kegiatan tersebut bisa menjadi guru terbaik bila mereka mengendapkan, merenungkan, dan mengambil pelajaran darinya.

Puncak kegiatan Kolese Kanisius yang melibatkan pihak eksternal dan internal adalah Canisius College Cup. CC Cup ini menjadi bintang pertunjukan, sebuah berlian di antara kerikil, yang menjadi pusat perhatian ribuan orang. Lebih dari 250 sekolah mengikuti perlombaan ini untuk menampilkan talenta mereka dan membuktikan bahwa mereka layak menjadi juara. Ajang ini mengobarkan semangat dalam jiwa-jiwa anak muda untuk berkompetisi, memberikan kesempatan untuk menjadi kebanggaan almamater, dan membangun sportivitas serta persaudaraan setelah pertandingan selesai.

Canisius College Cup bukan sekadar ajang untuk meraih piala atau medali. Lebih dari itu, kompetisi ini menjadi sarana bagi para siswa untuk mengembangkan diri dalam berbagai aspek tanpa pungutan biaya apa pun. Peserta hanya perlu memberikan uang WO yang akan dikembalikan bila mereka tidak mengundurkan diri dari perlombaan. Melalui berbagai cabang lomba yang diadakan, seperti debat, olahraga, musik, dan bela diri, para siswa didorong untuk mengeksplorasi minat dan bakat mereka. Pengalaman ini tidak hanya memperkaya pengetahuan dan keterampilan mereka, tetapi juga membentuk karakter dan jiwa kepemimpinan yang kuat.

Selain para peserta, kepanitiaan dalam Canisius College Cup juga memainkan peran yang sangat penting. Menjadi bagian dari panitia memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar tentang manajemen acara, kerja sama tim, dan tanggung jawab. Setiap divisi, mulai dari kepanitiaan, event, perlombaan, hingga kebendaharaan, memiliki tugas dan tantangan tersendiri yang harus dihadapi. Pengalaman ini mengajarkan siswa tentang pentingnya koordinasi, komunikasi, dan kemampuan untuk bekerja di bawah tekanan.

Ajang yang dinanti-nantikan itu sebentar lagi akan kembali. Canisius College Cup XXXIX adalah sekuel dari CC Cup XXXVIII. Seperti biasa, tema yang dibawakan di tahun ini akan lebih unik lagi daripada tema tahun lalu. Begitu juga dengan rangkaian acara dan keseruan yang nanti dilaksanakan. Sama seperti tahun lalu, CC Cup kali ini merupakan acara gabungan SMP dan SMA Kolese Kanisius sebagai satu kesatuan. Artinya POR CC, CC Cup SMP, dan CC Cup SMA sudah tidak ada. Tantangan-tantangan baru juga muncul akibat penyatuan ini, terlebih dalam kepanitiaan.

Dua tahun lalu, seksi IT belum diciptakan. Streaming diurus oleh tim dokumentasi sedangkan barang-barang elektronik oleh seksi perlengkapan. Namun, berdasarkan hasil evaluasi tahun itu dan kebutuhan yang meningkat akibat penggabungan CC Cup SMP dan SMA, seksi IT harus dibentuk. Dalam seksi ini, tahun lalu, saya ditugaskan menjadi koordinator. Banyak sekali pengalaman mengesankan yang muncul dari keterlibatan sebagai koordinator seksi baru. Pengalaman terjun langsung, mulai dari rapat persiapan dengan koordinator lain, diskusi dengan guru pendamping, penyusunan anggaran, pembuatan jobdesc, koordinasi dengan anggota, pelaksanaan, hingga pembuatan laporan pertanggungjawaban, menanamkan berbagai macam nilai penting bagi saya. Namun, semua itu tidak berguna bila tanpa adanya refleksi dan pengendapan nilai. 

Kerja sama dan koordinasi menjadi kunci kesuksesan pelaksanaan seksi IT. Streaming, khususnya acara pembukaan dan penutupan, dilakukan bersama-sama dengan seksi dokumentasi. Kami harus bekerja sama antarseksi untuk melaksanakan salah satu streaming paling keren. Karena tempat pelaksanaan acara penutupan dilakukan di lapangan bola, kami bisa menggunakan videotron untuk menampilkan berbagai macam camera angle selayaknya konser profesional. Itu hanya bisa terjadi karena koordinasi dan kerja keras kami bersama dengan seksi dokumentasi.

Pengalaman tersebut tidak hanya eksklusif bagi seksi IT. Semua seksi lainnya juga hanya bisa merasakan keberhasilan bila mereka berkoordinasi, bekerja sama, dan bekerja keras. Bukan hanya koordinator saja, melainkan tiap anggota juga harus menuangkan darah dan keringat untuk menghasilkan acara yang sukses dan berkesan bagi semua peserta serta hadirin. Semua koordinator bidang bertugas sebagai kepala yang memimpin anggota-anggotanya, tidak hanya melalui perintah, melainkan dengan memberikan contoh bagi mereka. Anggota mengambil peran sebagai tangan yang melaksanakan tugas sebaik mungkin sesuai dengan arahan dari koordinator. Tanpa koordinator bidang, anggota tidak berguna dan begitu juga sebaliknya.

Pengalaman mengambil bagian dalam kepanitiaan itu kemudian dievaluasi dan direfleksikan. Melalui refleksi, kita dapat mengevaluasi tindakan kita, memahami kekuatan dan kelemahan kita, serta mengidentifikasi area yang perlu diperbaiki. Nilai-nilai seperti cura personalis (perhatian terhadap individu), magis (berusaha untuk melakukan yang terbaik), dan men and women for others (menjadi pribadi yang peduli dan melayani orang lain) menjadi lebih nyata dan terinternalisasi dalam diri kita. Dengan demikian, pengalaman kepanitiaan tidak hanya menjadi sekadar tugas yang diselesaikan, tetapi juga menjadi proses pembelajaran yang mendalam dan bermakna.

Kolese Kanisius telah membuktikan bahwa pendidikan yang baik tidak hanya tentang prestasi akademik, tetapi juga tentang pengembangan karakter dan keterampilan. Melalui berbagai kegiatan pengembangan diri, Kolese Kanisius memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar dan berkembang dalam berbagai aspek kehidupan. Pengalaman saya di Kolese Kanisius telah membentuk saya menjadi pribadi yang lebih baik, lebih percaya diri, dan lebih siap menghadapi tantangan di masa depan. Dengan demikian, Kolese Kanisius tidak hanya mencetak siswa yang cerdas, tetapi juga pemimpin yang berkarakter dan peduli terhadap sesama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun