Hal pertama yang terlintas di kepala saat mendengar sosok presiden suatu negara tentunya merupakan watak yang tegas dan serius, namun presiden ke-4 Indonesia menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan serius yang diselingi komedi juga bisa menjadi suatu kombinasi yang baik. Bapak Gus Dur merupakan seseorang yang bersifat humoris selama masa kekuasaannya sebagai presiden di Indonesia. Dalam pidato-pidato resminya, beliau suka mengiringi pembicaraannya menggunakan teks anekdot atau cerita pendek lucu.
 Mungkin kita hanya mengetahui teks anekdot sebagai sebuah cerita pendek yang bersifat lucu dan mengandung lelucon, namun sesungguhnya setiap cerita anekdot bisa memiliki arti dan tujuan yang lebih mendalam. Gus Dur sering menggunakan anekdot untuk menjelaskan atau memberikan gambaran sebuah masalah dengan cara yang sederhana. Anekdot-anendot selalu menjadi pelengkap pidato, presentasi atau ceramah untuk menjelaskan suatu konsep atau situasi dengan cara yang lebih menarik dan mudah diingat.Â
Salah satu anekdot ciptaan bapak Gus Dur yang cukup terkenal adalah berjudul "Setan Senayan." Didalamnya beliau menyinggung para anggota DPR yang selalu memperebutkan kursi jabatan menggunakan segala cara yang dibutuhkan. Meskipun bisa dibilang "nekat" bila mempertimbangkan kekuasaan DPR, bapak Gus Dur tidak menghilangkan kepribadian humorisnya dengan memasang muka. Hal ini digemari oleh rakyat Indonesia, dan terbukti bahwa masyarakat merindukan tokoh pemimpin yang berani mengungkapkan pendapatnya melalui anekdot.Â
Sebenarnya dari bapak Gus Dur kita bisa mempelajari bahwa teks anekdot bisa dipakai tidak hanya untuk menyampaikan sebuah topik dengan lucu dan humoris, namun bisa juga untuk menyampaikan kritis dan pendapat kita terhadap banyak hal. Menurut saya hal ini sangat menarik dan bisa dianggap merupakan salah satu fungsi utama dari teks anekdot, yakni untuk menyuarakan pendapat seseorang secara bebas tanpa harus memasang muka karena disampaikan secara lucu dan humoris.
Kita sendiri juga bisa menggunakan teks anekdot untuk menyuarakan pendapat kita secara lucu dan santai kepada orang-orang lain disekitar kita. Tentunya jika kita membawakan topik yang sensitif maka kita tidak sepenunhnya bebas dari kontroversi dan opini publik hanya dengan menutupi pendapat kita secara humoris. Namun bila dilakukan dengan benar maka kita bisa menggunakan anekdot seperti bapak Gus Dur, untuk menyuarakan pendapat dengan cara yang sopan dan lucu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H