Dalam PR, kreativitas bukan hanya tentang menghasilkan konten, tetapi juga tentang memahami dan mempengaruhi persepsi. PR adalah tentang membangun hubungan dan kepercayaan, sesuatu yang jauh melampaui kemampuan AI. Siaran pers yang dihasilkan oleh AI mungkin memenuhi semua kriteria, tetapi tidak akan memiliki dampak yang sama seperti yang dibuat oleh profesional yang memahami kebutuhan audiens dan suara merek. Meskipun AI bisa menjadi alat yang berharga, praktisi PR tetap harus terus mengembangkan keterampilan kreatif. AI seharusnya digunakan sebagai pelengkap, bukan pengganti. Dengan memanfaatkan AI untuk menangani tugas-tugas rutin, praktisi PR dapat meluangkan lebih banyak waktu untuk pemikiran kreatif yang benar-benar mendorong kesuksesan merek.
Sebagai kesimpulan, pekerjaan praktisi PR jauh dari terancam oleh AI. Sebaliknya, AI merupakan kesempatan untuk meningkatkan kemampuan kreatif. Dengan berfokus pada apa yang membuat manusia itu unik, yaitu kreativitas, empati, dan kemampuan untuk menceritakan kisah yang berkesan. Masa depan PR tidak berada di tangan mesin, tetapi pada kemampuan untuk beradaptasi, berinovasi, dan berhubungan dengan audiens dengan cara yang bermakna.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H