Damailah kau disana, kawan. Luka lama yang masih membekas kini telah kuusap dengan jalan yang sama, dengan perih yang sama Meski aku menjadi murka. Dulu mereka merenggut kebersamaan kita Dibalik kibaran batu yang beterbangan, dan sejumlah senjata yang mengancam Hingga sampailah keprgianmu, yang kutangisi Ini bukan hanya lukamu, ini luka kita. Masih terbayang dipikiranku, tentang dukamu. Dengan darah dihadapan, lekat menanam balas Menciptakan alasan untuk kepergianmu. Kawan, untukmu dendam telah kubalaskan Tanyakan saja pada sebuh celurit pada batu yang bertebaran pada "dia" yang bersimbah darah, dan pada jeruji besi yang mungkin menjeratku. Kawan, apa kau puas? saya puas. -------------- 28 September 2012 Ummie S. Wahiuney
Gambar ilustrasi:Â mobile.seruu.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H