Globalisasi media Barat telah menjadi pengaruh utama dalam pembentukan budaya media internasional. Komersial televisi juga membawa perubahan yang menguntungkan bagi sebagian negara dan regional diindustri media yang mengarah pada kebangkitan nasionalisme budaya. Ketersediaan teknologi digital dan jaringan satelit telah memungkinkan berkembangnya penyiaran regional seperti halnya dengan The Arabic Middle East Broadcasting Centre (MBC) dan channel Mandarin yang berbahasa Mandarin. Hal ini juga memungkinkan adanya peningkatan arus konten dari bagian selatan ke bagian utara. Contohnya, televisi besar yang berasal dari Brazil yaitu TV Globo berhasil mengekspor telenovelanya ke lebih dari 100 negara.
Pada perkembangan tahun 1990-an, televisi telah mendominasi media di hampir setiap bagian dunia dan ikon-ikon televisi global seperti CNN dan MTV sudah ada di mana-mana. Peran televisi di Indonesia telah mengkonstruksi identitas sosial dan budaya jauh lebih kompleks yang ditandai dengan adanya televisi disebagian besar negara pada tahun-tahun pasca perang. Meskipun penyiar nasional menjadi penting disebagian besar negara dan masih menerima pangsa pemirsa tertinggi, namun ketersediaan saluran televisi  telah mempersulit wacana nasional. Pada era multi-channel, penonton dapat memiliki akses ke berbagai saluran lokal, regional, nasional, dan saluran internasional, sehingga dapat terlibat dalam berbagai hal ditingkat wacana yang berbeda.
Di Rusia, televisi global telah membantu mempromosikan budaya konsumerisme Barat. Rahasia kesuksesan dari televisi Rusia yang baru diprivatisasi adalah adanya "'is a mix of American and Latin American soap operas, games inspired by channels in the West, talk shows and occasionally sensational news bulletins" (UNESCO, 1997:178). Sedangkan diujung dunia lainnya, The Australian Broadcasting Corporation memberikan pinjaman dan dukungan teknis kepada negara-negara kepulauan dikawasan Pasifik untuk memastikan bahwa mereka dapat mengundur sinyal televisi dan mentransmit program Australia, serta produk Australia .(Varan, 1999). Perusahaan transnasional, pemerintah, dan kelompok militan telah memanfaatkan kekuatan televisi untuk menyelesaikan kasus mereka. Di Venezuela, Presiden Hugo Chavez telah menggunakan media untuk memiliki tiga jam sendiri dalam acara TV tatap muka, dengan telepon langsung dari penonton.
Kurdi telah mendirikan saluran satelit sendiri yaitu MED-TV, yang siaran terdapat tiga dialek Kurdi utama - Kirmanci, Sorani dan Zazaki. Stasiun televisi yang dioperasikan dari London pada tahun 1995 mengambil nama MED dari Medes yang mana dari orang-orang kuno suku Kuds diturunkan. Pemerintah Turki menuduh bahwa MED-TV adalah corong bagi PKK (Partai Pekerja Turki) yang telah mengobarkan perang gerilya selama dua dekade terakhir di Turki timur.
Media visual memiliki kekuatan yang luar biasa untuk mempengaruhi politik dan sikap sosial masyarakat. Seperti Reeves dan Nass amati bahwa media bisa membangkitkan respon emosional, menuntut perhatian, mengancam, mempengaruhi ingatan, dan berubah menjadi ide-ide tentang apa yang dialami. Media adalah peserta penuh secara sosial dan dunia (1996: 251). Globalisasi media visual cenderung meningkatkan budaya barat. UNESCO World Culture Report berpendapat bahwa, berdasarkan institui budaya dan latar belakang yang berbeda serta alternatif lain cenderung berkembang diera globalisasi. Terlepas dari penampilannya secara paradoks mungkin menyaksikan keragama lebih besar dari keseragaman (UNESCO, 1998b: 23).
Konglomerat media barat telah menggunakannya berbagai strategi, termasuk regionalisasi dan lokalisasi konten untuk memperluas jangkauan mereka di dunia dan untuk menciptakan 'populer global'. Berkembangnya saluran televisi satelit dan kabel, ditambah dengan teknologi digital akan meningkatkan ketersediaan komunikasi satelit, dan tidak diragukan lagi telah membuat budaya global lebih kompleks.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H