Mohon tunggu...
Mihrun Kamalina
Mihrun Kamalina Mohon Tunggu... -

Mahasiswa, Yogyakarta-Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Money

Dependency Theory, Pendekatan Teori Komunikasi Internasional

9 Oktober 2018   16:38 Diperbarui: 9 Oktober 2018   17:28 2130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di era globalisasi komunikasi internasional sangat dibutuhkan karena banyak informasi tersebar yang kadang-kadang menimbulkan masalah atau konflik antar negara. Maka dari itu dengan memahami komunikasi internasional diharapkan terjadi pertukaran dan penyebaran informasi yang dapat dipertanggung jawabkan serta efektif sehingga dapat meminimalisir terjadinya konflik antara negara yang satu dengan yang lainnya.

Pendekatan teori komunikasi internasional erat kaitannya dengan teori-teori komunikasi. Walaupun tetap ada yang berbeda tetapi pada dasarnya memiliki konsep yang sama. Jika pada teori komunikasi aktor-aktor didalamnya adalah individu dan kelompok, sedangkan pada teori komunikasi internasional aktor-aktornya adalah sebuah negara beserta warganya atau pemerintah dari negara itu sendiri.

Banyak teori komunikasi internasional yang terus berkembang. Kemunculan dari masing-masing teori tersebut pasti karena sebuah alasan, karena situasi politik, ekonomi, atau bahkan budaya pada saat itu. Karena teori-teori ini muncul dijaman yang berbeda dengan kondisi negara yang berbeda maka sulit rasanya untuk memilih mana teori yang berhasil atau tidak.

Salah satu teorinya adalah Dependency Theory atau Teori ketergantungan yang muncul pada akhir tahun 1960-an dan 1970-an di Amerika Latin. Teori muncul sebagai konsekuensi atas situasi politik yang terjadi di benua tersebut. Berawal dari kajian Raul Presibich pada akhir tahun 1950-an, dalam kajiannya Raul Presibich melihat bahwa petumbuhan ekonomi di negara-negara maju dapat melaju pesat tetapi tidak bisa memberikan pertumbuhan yang baik untuk kehidupan ekonomi di negara-negara berkembang. Bahkan Raul Presibich menemukan aktivitas-aktivitas ekonomi di negara-negara maju yang membawa masalah pada negara-negara berkembang.

 Teori Ketergantungan didasarkan pada pendekatan ekonomi-politik neo-Marxis (Baran, 1957; Gunder Frank, 1969; Amin 1976), yang bertujuan untuk menyediakan kerangka kerja alternatif untuk menganalisis komunikasi internasional. Teori Ketergantungan merupakan kelompok yang mengkhususkan penelitiannya pada hubungan negara dunia pertama dan negara dunia ketiga.

Teori ketergantungan juga muncul sebagai kritik terhadap Teori Modernisasi yang mengatakan bahwa seharusnya pembangunan itu dilakukan dengan mencontoh negara-negara barat yang maju lebih dulu dan penyebab tidak berkembangnya suatu negara karena faktor-faktor internal yang dapat menghambat proses pembangunan. Maka dari itu faktor-faktor internal perlu dihilangkan.

Tetapi pada kenyataannya negara dunia ketiga yang mengikuti pendapat Teori Modernisasi dengan menghilangkan faktor internal di negaranya justru menghadapi masalah dalam aspek ekonomi. Hingga pada akhirnya menimbulkan krisis kepercayaan terhadap teori Moderninsasi dan muncul Teori Ketergantungan.

Pembangunan menurut Teori Ketergantungan yaitu dengan memaksimalkan faktor-faktor internal yang ada pada negara tersebut, dan yang justru menghambar proses pembangunan sebuah negara adalah faktor eksternal yang mana hubungan antara negara maju dan negara berkembang tidak seimbang, adanya intervensi dari negara maju terhadap negara berkembang.

Dependency atau ketergantungan sendiri merupakan suatu kondisi dimana perkembangan kehidupan ekonomi negara-negara tertentu dipengaruhi oleh perkembangan kehidupan negara-negara lain, yang mana negara-negara yang dipengaruhi ini hanya menjadi penerima atas akibat negara-negara yang mempengarui tersebut.

Titik berat Teori Ketergantungan ada pada masalah keterbekalangan dan pembangunan negara-negara pinggiran. Teori ini berpengaruh kepada negara berkembang yang menerima kerugian, dan berpengaruh kepada negara maju yang menerima keuntungan. Negara dunia ketiga atau negara berkembang umumnya negara-negara yang sedang giat melakukan membangunan diberbagai aspek kehidupan.

Mampu menyediakan sumber daya manusia dan sumber daya alam tetapi belum bisa dimanfaatkan secara maksimal dan itulah yang menjadi investasi bagi negara-negara maju. Selain itu, negara-negara berkembang menjadi pasar potensial untuk hasil produksi negara-negara maju yang menyebabkan negara-negara berkembang ini tidak bisa berhenti mengkonsumsi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun