Ada sesak dalam dada saat kau pergi. Rasanya seperti ada yang meremas jantungku, ada sesuatu yang jatuh dan luruh, saat langkahmu kian menjauh meninggal aku. Sosok yang semakin mengecil dan makin menghilang, membuat ragaku seperti kehilangan jiwanya. Kau kini pergi, menghempasku ke atas batu karang yang tajam dan terjal.
***
Sulit untuk melukiskan atau menuliskan saat-saat kenangan kami. Kau dan aku bahagia, menderita, tertawa, menangis, suka dan duka kami alami bersama.
Sembunyi-sembunyi kami bermain bersama. Melalui jalan setapak persawahan, lalu kami menemukan jatuhan air dari gunung. Berbincang-bincang tentang hari-hari kami yang telah dijalani, yang telah dilalui.
Sedikit demi sedikit mengeluarkan rahasia-rahasia terpendam di relung-relung nurani kami serta saling mengadukan keluh tentang derita nestapa kami, mencoba menghibur diri dengan harapan-harapan khayal dan mimpi-mimpi yang penuh duka. Sesekali kami menjadi tenang dan mengusapi air mata kami dan mulai tersenyum, melupakan segalanya kecuali cinta. – Khahlil Gibran
Aan Sopiyan
www.ansopiy.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H