Mohon tunggu...
Miguel Dharmadjie
Miguel Dharmadjie Mohon Tunggu... Penulis - Berbagi nilai-nilai kebajikan

Public speaker, Member of IPSA (Indonesian Professional Speakers Association), Dhammaduta, Penyuluh Informasi Publik (PIP) dan Penulis. Urun menulis 8 buku antologi dan kolaborasi : "Berdansa Dengan Kematian : Narasi Survival, Solidaritas dan Kebijakan di Pandemi Covid-19" (November 2020), "Di Balik Panggung Bicara (Kisah dan Kolaborasi Pembicara Publik)" (Mei 2021), "Selalu Tebar Kebaikan" (April 2022), "Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati" (Desember 2022), "Gerimis Cinta Merdeka" (Januari 2023), "Speakers' Notes" (Januari 2023), "Speakers' Notes: The Next Journey" (Oktober 2023), dan novel "Kapak Algojo dan Perawan Vestal" (Juni 2024).

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Waisak dan Kesadaran Keberagaman

5 Juni 2024   07:00 Diperbarui: 5 Juni 2024   07:07 452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ucapan Waisak 2568 TB / 2024 (sumber: KBBV Makassar)

“Selamat Hari Raya Tri Suci Waisak 2568 BE. Semoga kebahagiaan, kedamaian, dan kebijaksanaan senantiasa menyertai kita semua,” unggah Presiden RI Joko Widodo dalam akun instagram resminya pada Kamis (23 Mei 2024). Ucapan selamat disampaikan tepat pada Hari Raya Tri Suci Waisak 2568 Buddhist Era (BE.) atau Tarikh Buddhis (TB.). 

Hari Tri Suci Waisak; salah satu dari empat hari suci agama Buddha; dikenal sebagai Hari Buddha. Memperingati tiga peristiwa suci, agung, dan mulia dalam kehidupan Buddha Gotama. Terjadi saat purnama raya di bulan Waisak; pada hari yang sama, tahun yang berbeda.  

Dimana, Pangeran Siddharta Gotama lahir di Taman Lumbini, Nepal (623 SM), Petapa Gotama mencapai Pencerahan Sempurna dan menjadi Buddha di Bodhgaya, India (588 SM), serta Buddha Gotama ber-Parinibbana dan mangkat di Kusinara, India (543 SM). 

Waisak mengingatkan umat Buddha akan pentingnya merefleksikan nilai-nilai keteladanan Guru Agung Buddha dan nilai-nilai Kebenaran Universal (Dhamma) sebagai pedoman hidup luhur. Nilai-nilai tersebut sepatutnya dihayati dan dipraktikkan dalam keseharian hidup, baik bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Umat Buddha Indonesia senantiasa menyambut peringatan Hari Waisak dengan penuh sukacita di tengah keberagaman masyarakat. Termasuk Detik-Detik Waisak 2568 pada pukul 21.52.42 WITA. Mereka mengikuti Maha Puja Tri Suci Waisak dan meditasi Detik-Detik Waisak secara khusuk dan khidmat, dalam kehidupan beragama yang moderat.

Apalagi peringatan Hari Waisak tahun 2024 ini bertepatan dengan momentum 1.200 tahun Candi Borobudur. Juga berada diantara Hari Kebangkitan Nasional (20 Mei) dan Hari Lahir Pancasila (01 Juni).

Masyarakat Indonesia adalah masyarakat majemuk. Kaya akan keragaman ras, suku, budaya, bahasa, adat istiadat, agama dan kepercayaan. Keberagaman ini merupakan realita yang tidak dapat dihindari, namun bukan berarti untuk dihapuskan. Keberagaman di Indonesia diyakini sebagai anugerah. Bukan untuk ditawar, tapi untuk diterima.

Keberagaman meniscayakan adanya perbedaan, dan perbedaan selalu memunculkan potensi konflik. Untuk itu keberagaman patut dikelola dengan baik dan benar agar dapat menjadi pemersatu bangsa yang besar ini.

Keberagaman menjadi kesempatan untuk saling belajar dan saling mengenal satu sama lain. Dengan mengedepankan moderasi beragama akan dapat menjauhkan sikap ekstrem dan intoleransi terhadap perbedaan. Kehidupanpun menjadi harmonis.

Keberagaman merupakan aset berharga dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Dalam perjalanan sejarah bangsa, Pancasila telah teruji sebagai alternatif yang paling tepat untuk mempersatukan masyarakat Indonesia yang sangat majemuk.

Mengingat sangat pentingnya keberagaman, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha (Ditjen Bimas Buddha) Kementerian Agama RI mengangkat tema “Kesadaran Keberagaman Jalan Hidup Luhur, Harmonis dan Bahagia”. Tema ini menjadi tema nasional dari peringatan Waisak 2568.

Menteri Agama RI, Yaqut Cholil Qoumas, dalam video ucapan selamat memperingati Waisak 2568 BE. mengatakan, kesadaran bahwa bangsa ini kaya akan keragaman sangat penting untuk merawat harmoni dan kerukunan. Sebab kerukunan adalah prasyarat pembangunan. Semoga peringatan Waisak tahun ini menjadi berkah utama dalam membangun kesadaran keberagaman hidup harmonis dengan penuh bahagia.

“Mari jadikan Waisak 2568 sebagai momentum merajut kembali kerukunan. Setelah dinamika pemilihan presiden dan anggota legislatif. Saatnya kita menjalin sinergi untuk bersama-sama memberikan kontribusi bagi pembangunan bangsa ke depan,“ pesan Gusmen.

Pentingnya keberagaman sejalan pula dengan Pesan Tri Suci Waisak 2568 BE. dari Sangha Theravada Indonesia (STI). Dengan tema “Memperkokoh Persatuan dalam Keberagaman” mengingatkan bahwa memperkokoh persatuan merupakan keniscayaan bagi perkembangan diri dan sosial dalam skala makro, bahkan global. Apalagi, persatuan Indonesia telah disepakati sebagai dasar hidup berbangsa dan bernegara dalam Pancasila.

Ucapan Waisak 2568 TB / 2024 (sumber: Parami Buddhist School)
Ucapan Waisak 2568 TB / 2024 (sumber: Parami Buddhist School)

Sementara Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (Sekjen PBB), Antonio Guterres, dalam Pesan Waisak 2568 BE./2024. Menandaskan ajaran Buddha yang abadi tentang perdamaian, kasih sayang dan pelayanan kepada orang lain adalah jalan menuju dunia yang lebih baik, lebih pengertian dan harmonis untuk semua.

“Hari ini dan setiap hari, marilah kita dibimbing oleh semangat Waisak dan keyakinan yang diperbarui akan apa yang dapat kita capai sebagai satu keluarga umat manusia. Mari bekerja sama untuk membangun masa depan yang lebih damai dan berkelanjutan,” dalam pesannya di kanal youtube United Nations in Indonesia yang dirilis pada Hari Waisak. 

Pesan-pesan Waisak 2568 BE. dari Menteri Agama RI, STI, dan Sekjen PBB, semakin meneguhkan pentingnya memperkokoh persatuan di tengah keberagaman dalam mewujudkan kehidupan harmonis dan bahagia.

Karenanya, ada dua poin penting yang patut dimiliki oleh sesama anak bangsa, termasuk umat Buddha.

Pertama, membangun kesadaran kolektif akan keberagaman. Dalam kehidupan bermasyarakat, keberagaman adalah suatu kewajaran. Pasalnya, setiap orang memiliki tanggung jawab perilaku (karma) yang tidak sama; berbeda satu sama lain.

Perbedaan dan keberagaman dalam kehidupan ini sudah pasti akan terjadi. Karena setiap orang mewarisi hasil perilakunya sendiri. Meskipun terdapat berbagai perbedaan, pada hakikatnya semua manusia menginginkan kehidupan yang harmonis, nyaman dan bahagia. Baik sebagai makhluk individu maupun sebagai makhluk sosial dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Penerimaan kewajaran itulah merupakan kesadaran kolektif akan keberagaman. Persatuan dalam perbedaaan hendaknya diterapkan demi keharmonisan dan kebahagiaan.

Nilai-nilai yang menuntun pada kesadaran kolektif akan keberagaman menjadi warisan luhur bagi bangsa ini. Nenek moyang kita telah mengejawantahkan semangat keberagaman ini dalam semangat nasionalisme. Landasan persatuan tersebut disepakati lewat dasar negara Pancasila dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.

Kedua, membentuk perilaku bermoral (etika) membangun persatuan. Moralitas merupakan disiplin latihan kemoralan (sila). Mengajarkan umat Buddha bertanggungjawab penuh pada setiap perilakunya (pikiran, ucapan dan jasmani). Jika dipraktikkan secara tekun dan konsisten, akan meningkatkan pengendalian diri.

Terdapat dua pokok Dhamma pelindung dunia. Yaitu: rasa malu untuk berbuat segala bentuk kejahatan (hiri) dan takut akan akibat buruk dari kejahatan (ottappa). Dua pokok Dhamma pelindung dunia yang dilandasi dengan cinta kasih sangat dibutuhkan untuk membentuk perilaku bermoral. Kemoralan akan melindungi suatu bangsa dari kemunduran dan mendukung kemajuan suatu bangsa.

Meskipun terjadi perbedaan dan keberagaman dalam hidup; sebagai sesama manusia sepatutnya dapat tetap bersahabat, menjunjung tinggi kebaikan, dan mengedepankan nilai-nilai keutamaan moral. Karena semua manusia pada hakikatnya memiliki kemanusiaan yang sama; menginginkan terbebas dari penderitaan hidup.

Perbuatan yang berdasarkan pada nilai-nilai cinta kasih, kejujuran dan kebenaran adalah kewajiban moral bagi kita. Guna membangun persatuan di tengah keberagaman.

Membangun kesadaran kolektif akan keberagaman dan membentuk perilaku bermoral (etika) membangun persatuan, merupakan jalan hidup luhur. Menjadi kekuatan bagi tumbuh berkembangnya persatuan menuju keharmonisan dan kebahagiaan dalam kehidupan bersama dan bersesama. 

Mari jadikan Waisak sebagai momentum bagi umat Buddha untuk bersinergi dan bersatu padu bersama seluruh anak bangsa. Membangun masyarakat harmonis, rukun, damai, sejahtera, dan bahagia. Yang dilandasi dengan membangun kesadaran kolektif akan keberagaman dan membentuk perilaku bermoral (etika) membangun persatuan.

Selamat Hari Raya Tri Suci Waisak 2568 TB. / 2024. Semoga Tuhan Yang Maha Esa, Sang Tiratana, selalu melindungi. Semoga semua makhluk berbahagia.*

**

Salam Penuh Berkah,

Miguel Dharmadjie, S.T., CPS®, CCDd®

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun