Umat Buddha di seluruh dunia, termasuk umat Buddha Indonesia memperingati Hari Raya Trisuci Waisak 2565 Buddhist Era (B.E.) Tahun 2021 pada tanggal 26 Mei 2021 dengan Detik-detik Waisak jatuh pada pukul 19.13.30 WITA.
Hari Trisuci Waisak dikenal sebagai hari Buddha yang memperingati tiga peristiwa agung berkenaan dengan kehidupan Guru Agung Buddha Gotama, yaitu : Kelahiran Pangeran Siddharta Gotama di Taman Lumbini (623 SM), Petapa Gotama mencapai ke-Buddha-an dan menjadi Sang Buddha di Bodh Gaya (588 SM) serta Sang Buddha Gotama Mangkat atau ber-Parinibbana (543 SM) di Kusinara.
Tiga peristiwa agung tersebut terjadi pada hari yang sama yaitu hari purnama raya pada bulan Waisak dengan tahun yang berbeda.
Bagi umat Buddha, Hari Trisuci Waisak tidak sekadar menjadi ritual Hari Trisuci Waisak atau seremonial Tahun Baru Buddhis semata. Tetapi menjadi momen penting untuk mengingat dan menghayati ajaran kebenaran Dhamma sebagai pedoman hidup yang luhur.
Apalagi saat ini bangsa kita masih dalam masa tanggap darurat penanganan wabah Corona Virus Disease (Covid-19). Sehingga peringatan Hari Trisuci Waisak hendaknya makin menyadarkan kita untuk mengejawantahkan nilai-nilai Dhamma dalam membantu Pemerintah Indonesia mengatasi pandemi Covid-19.
Ajaran Buddha memuat nilai-nilai universal untuk mengembangkan kepedulian kepada sesama dan meningkatkan kualitas batin. Salah satunya adalah Brahmavihara atau Empat Keadaan Batin Luhur, yang terdiri dari : metta (cinta kasih), karuna (kasih sayang), mudita (rasa simpati), dan upekkha (kesimbangan batin). Ajaran tentang Brahmavihara bersifat universal tanpa memandang agama ataupun kepercayaan.
Dewan Kepausan untuk Dialog Antaragama dalam "Pesan untuk Hari Raya Waisak 2021" menempatkan Brahmavihara dan Metta sebagai salah satu poin utama. Pesan Waisak dari Vatican ini bahkan mengutip ajaran Buddha dalam Metta Sutta dan Dhammapada, yang berbunyi :
Ajaran Buddha tentang Brahmavihara (Empat Kediaman Luhur atau Kebajikan) memberi kita pesan solidaritas abadi dan kepedulian aktif. Berbicara tentang metta (cinta kasih), itu mengajak para pengikut untuk menyampaikan cinta yang tak terbatas kepada semua. "Sebagaimana seorang ibu mempertaruhkan jiwanya melindungi putra tunggalnya, demikianlah terhadap semua makhluk kembangkan pikiran cinta kasih tanpa batas" (Metta Sutta). Seperti yang Buddha ajarkan, praktisi juga didorong untuk "bergegaslah berbuat kebajikan, kendalikan pikiranmu dari kejahatan; barangsiapa lamban berbuat bajik, maka pikirannya akan senang dalam kejahatan". (Dhammapada, 116).
Pentingnya pesan cinta kasih ini sejalan dengan Pesan Trisuci Waisak 2565 / 2021 dari Sangha Theravada Indonesia bertema "Cinta Kasih Membangun Keluhuran Bangsa" untuk mengingatkan pentingnya dasar cinta kasih sebagai pedoman hidup bermasyarakat yang berbudi pekerti luhur dalam membangun keluhuran bangsa.
Sejak dahulu bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang menjunjung tinggi keluhuran. Keagungan Candi Borobudur menjadi saksi sejarah keluhuran bangsa Indonesia. Nilai-nilai luhur dalam hidup bermasyarakat saat itu tergambarkan dengan indahnya pada relief-relief Candi Borobudur yang dapat kita saksikan hingga kini.
Salah satu nilai luhur dalam hidup bermasyarakat adalah cinta kasih yang mengharapkan kebahagiaan semua makhluk tanpa kecuali. Seseorang yang memiliki cinta kasih tidak akan melakukan perbuatan yang menyebabkan orang lain menderita, sebaliknya ia akan melakukan perbuatan yang bermanfaat bagi orang lain.
Cinta kasih menjadi dasar saat seseorang akan membantu orang lain. Membantu orang lain dapat mengikis sikap mementingkan diri sendiri. Cinta kasih akan dapat membangun kebersamaan di tengah keberagaman yang ada.
Rasa malu untuk berbuat jahat (hiri) dan takut akan akibat dari perbuatan jahat (ottappa) yang dilandasi dengan cinta kasih sangat dibutuhkan untuk membentuk perilaku bermoral. Karena kemoralan akan melindungi suatu bangsa dari kemunduran dan mendukung kemajuan suatu bangsa.
Dengan kondisi bangsa kita yang belum sepenuhnya pulih akibat wabah Covid-19, kita diharapkan dapat mengembangkan cinta kasih dalam menjalani adaptasi kehidupan baru. Menaati protokol kesehatan secara disiplin dan mengikuti vaksinasi adalah wujud cinta kasih dan kontribusi nyata dalam mengatasi pandemi Covid-19. Â
Seseorang yang memiliki cinta kasih akan berperilaku baik dan mengembangkan sifat-sifat luhur lainnya, yaitu : kasih sayang, rasa simpati, dan keseimbangan batin.
Empat keadaan batin luhur ini penting untuk dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari yang dimulai dari diri sendiri lalu dikembangkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.Â
Empat keadaan batin luhur menjadi sumber inspirasi, pandangan serta pegangan bagi bangsa yang kita cintai ini agar dapat bertahan dalam berbagai situasi dan menjadi bangsa yang memiliki peradaban luhur.
Marilah kita sebagai sesama anak bangsa mengembangkan empat keadaan batin luhur untuk menumbuhkan perilaku bermoral sebagai kunci dalam menyikapi keberagaman, menjaga toleransi, menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan serta sebagai bekal membangun keluhuran bangsa.
Selamat Hari Trisuci Waisak 2565 B.E. Tahun 2021. Semoga Tuhan Yang Maha Esa, Sang Tiratana, selalu melindungi. Semoga semua makhluk berbahagia.
**
Salam Penuh Berkah,
Miguel Dharmadjie, S.T., CPS, CCDd
Artikel ini telah tayang di Harian Tribun Timur hari Selasa tanggal 25 Mei 2021 halaman 15 rubrik Opini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H