Mohon tunggu...
Almira Mutiara
Almira Mutiara Mohon Tunggu... Lainnya - Mira/Tiara

Masih belajar menulis dan memainkan diksi. Mohon bimbingannya 🙇‍♂️

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tulip Merah Muda

29 September 2021   20:51 Diperbarui: 29 September 2021   21:35 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hai, perkenalkan..
Aku yang masih tanpa nama dan sendirian.
Walau berada di dalam taman.
Begitu luas, asri, dan menawan.

Siapakah aku?
Sebatang tulip yang terlihat kaku.
Masih kuncup, diam terpaku.
Enggan menunjukan kelopaknya, kata mereka pada diriku.

Tak setiap musim harus kuperlihatkan.
Tak setiap proses fotosintesis kudiktekan.
Ya, aku ini tidak lain tidak bukan,
Tulip yang senang dalam persembunyian.

Terlihat sukar untuk dihampiri.
Nyatanya tulip bukan memiliki hobi menyendiri.
Apalagi bertapa sepanjang hari.
Hanya, tulip sedang merenungi jati diri.

Apa tulip ini layak merekahkan kelopaknya?
Apa kelopaknya cukup berharga untuk ditunjukkan saja?
Sudah cukup indah kah setiap lembar mahkotanya?
Pantaskan menebar wangi sedapnya?

Nyatanya tulip bisa terbebani dengan semua kesulitan itu.
Kesekian kalinya, terselubungi rasa ragu.
Lebih senang bersembunyi di balik malam dan berkelambu.
Masih enggan, ya. Itulah aku.

Ku sadar, tidak baik berpuluh zaman aku menutup mahkota.
Sudah saatnya aku mekar di saat kedatangan sang surya.
Tebarkan keelokan warna.
Lembayung atau merah muda.

Ya, kelopakmu terlalu cantik jika hanya terkuncup saja.
Ujar flora lain, hingga sesama bunga.
Terima kasih, untuk taman dan kecantikannya.
Tanpa itu semua, aku hanya menjadi tulip yang layu dan tak berharga.

Lebah terbaik akan menghampiriku.
Membawa sejuta rasa manisnya madu.
Tak hiraukan seberapa lama tulip terkuncup malu.
Lebah mampu membangkitkan kepercayaan tulip itu.

Sekarang, namaku Tulip Merah Muda.
Aku siap menghiasi hidup, tepatnya pada sebuah rasa.
Mulai dari taman sampai perhelatan besar di luar sana.
Menebar cinta, segarnya warna dan semerbaknya aroma.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun