Oleh : Mira
Aku, tinggal di kota besar,
Rutinitas ku jalani dengan sabar,
Tak peduli panas matahari yang memapar,
Tak 'kan pernah ku gentar.
Sepanjang hari berkali kutemui,
Orang-orang yang berkutat dari pagi,
Menyusuri jalan yang tak pernah sepi,
Ya, inilah kota tempat tinggal kami.
Ada yang berdasi,
Berseragam rapi,
Sepatu hak tinggi,
Dan riasan cantik berseri.
Dari muda hingga yang tua,
Semua punya kesibukannya,
Dan tujuan yang berbeda,
Yang niat untuk berpeluh, menimba ilmu atau bersafari saja.
Namun, di tengah kepadatan itu,
Di antara para kita yang sibuk itu,
Kurangnya kesempurnaan karena sesuatu,
Kepekaan yang begitu kaku.
Bukan berlomba untuk kebaikan sedikit saja,
Justru berlomba menutup mata,
Demi rasa nyaman pribadi semata,
Malas hati menguasai jiwa.
Mengaku tidur, menyumpal telinga,
Padahal ia sadar sepenuhnya,
Ada seseorang yang urgensinya utama,
Seperti mendapatkan empuknya kursi bis kota.
Lalu, minimnya beberapa patah diksi,
Seperti ungkapan "terima kasih' yang sederhana sekali,
"Maaf" dan juga "permisi",
Mengapa jadi begini?
Wahai kawan,
Mari kita bangunkan,
Indahnya kepekaan,
Tidaklah sulit, bukan?
Semua bukan demi mereka saja,
Ataupun demi kau saja,
Namun demi kita bersama,
Ciptakan suasana nan sejahtera.
Bangkitkan ketenteraman,
Tingginya kepedulian,
Sarat akan kemudahan,
Dan terciptanya rasa aman.
Pabila hatimu masih terkunci,
Sulit 'tuk pahami,
Cobalah 'tuk pikirkan ini,
Bagaimana jika kau di posisi ini?
Perlahan tapi pasti,
Batin 'kan mengerti,
Kepekaan 'kan lahir di hati,
Dewasakan pola pikir di hari ini!
(karya ini diikutsertakan dalam rangka mengikuti Event HUT Admin RTC)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H