Mohon tunggu...
mifta kosim
mifta kosim Mohon Tunggu... Mahasiswa - mifta kosim

Mahasiswa S2 Kesmas UKB

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)

11 November 2021   11:52 Diperbarui: 11 November 2021   12:59 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Mencegah penyebaran Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan meminta fogging, tak terlalu efektif. Bukan saja karena cara itu hanya memebunuh nyamuk dewasa, namun salah dosis insektisida yang digunakan, juga mengakibatkan nyamuk menjadi kebal. Asap dan insektisida yang dipakaipun dapat membahayakan kesehatan.  

          Kejadian DBD cendrung meningkat saat hujan turun tak menentu, karena terjadi genangan air bersih, yang menjadi tempat perindukan nyamuk khususnya Aedes aegypti telur nyamuk bisa bertahan selama enam bulan, sehingga begitu hujan turun telur akan menetas dalam waktu dua hari. Pengendalian DBD tak cukup hanya dilakukan pemerintah justru yang lebih penting adalah menciptakan kesadaran masyarakat untuk menekan pertumbuhan nyamuk. Caranya dengan pemberatasan sarang nyamuk (PSN) dengan membersihkan lingkungan rumah dan sekitarnya.

          Peningkatan kesadaran masyarakat untuk membasmi jentik dilingkungannya sangat penting, jangan bilang peduli DBD kalau belum melaksanakan PSN di rumah sendiri, mengoptimalkan Gerakkan Satu Rumah Satu Jumantik jika dimulai dari rumah tangga, akan bisa mewujudkan Desa/Kelurahan bebas jentik. Terkadang masih ada anggapan masyarakat yang lebih mempecayai fogging atau pengasapan sebagai upaya cepat mencegah DBD. Hal ini berpeluang pula dimanfaatkan oleh pihak tak bertanggung jawab untuk menyelenggarakan fogging mandiri dengan berbayar, tanpa memperhatikan dosis dan cara yang benar padahal fogging yang tidak benar justru membahayakan. Nyamuk menjadi kebal selain itu bahan kimia dalam asap jika terlalu banyak dapat membahayakan kesehatan.     

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun