Mohon tunggu...
Miftakhul Rozaq
Miftakhul Rozaq Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Mahasiswa memiliki hobi di fotografi jurnalistik

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Mahasiswa KKN Untag Surabaya Sulap Limbah Jadi Briket Ramah Lingkungan

17 Juli 2024   10:38 Diperbarui: 17 Juli 2024   11:27 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi

Selain itu, briket "Mowo" dikemas dalam kemasan stand pouch yang menjaga produk tetap kedap udara. Kemasan ini tidak hanya memberikan tampilan yang menarik tetapi juga menjaga kualitas briket agar tetap dalam kondisi baik selama penyimpanan dan distribusi. Strategi ini diharapkan dapat meningkatkan daya tarik produk di pasar dan menarik minat konsumen potensial.

Diskusi dan Respon Positif dari Bapak Tajudin

Setelah demonstrasi pembuatan briket, dilakukan sesi diskusi antara mahasiswa KKN dan audiens. Dalam sesi ini, Bapak Tajudin, pemilik mebel UD. Sumber Urip, mengungkapkan antusiasmenya terhadap inovasi ini. Menurutnya, ide untuk mengubah limbah kayu mebel menjadi briket sangatlah potensial. "Ini sangat bisa, mas, untuk mengurangi limbah serbuk kayu mebel," ujarnya.

Bapak Tajudin juga melihat potensi produksi skala besar di masa depan. "Mungkin nantinya kita bisa memproduksinya dengan jumlah skala besar," tambahnya. Respon positif dari Bapak Tajudin ini menunjukkan bahwa inovasi yang dilakukan oleh mahasiswa KKN tidak hanya mendapat dukungan tetapi juga membuka peluang kerjasama dan pengembangan lebih lanjut.

Potensi Ekonomi dan Lingkungan

Inovasi pembuatan briket dari limbah kayu mebel ini tidak hanya memberikan solusi lingkungan tetapi juga membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat setempat. Dengan memanfaatkan limbah kayu yang sebelumnya tidak terpakai, masyarakat dapat menghasilkan produk yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Briket "Mowo" dijual dengan harga Rp. 15.000 per kilogram, harga yang relatif murah ini dimaksudkan untuk menarik minat konsumen pada tahap awal dan sebagai bentuk promosi. Strategi ini diharapkan dapat mengenalkan produk kepada masyarakat luas, sehingga nantinya harga dapat ditingkatkan secara bertahap seiring dengan meningkatnya kesadaran dan permintaan.

Selain itu, produksi briket ini juga dapat menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat setempat. Proses pengumpulan limbah kayu, pembuatan briket, dan distribusi produk memerlukan tenaga kerja yang dapat melibatkan banyak orang. Dengan demikian, inovasi ini tidak hanya mengurangi limbah tetapi juga memberikan dampak positif bagi perekonomian lokal.

Tantangan dan Solusi

Meskipun inovasi ini memiliki banyak potensi, ada beberapa tantangan yang perlu diatasi untuk mencapai kesuksesan yang lebih besar. Salah satu tantangan utama adalah memastikan kualitas briket yang dihasilkan tetap konsisten. Kualitas briket sangat dipengaruhi oleh bahan baku dan proses produksi. Oleh karena itu, perlu ada pengawasan ketat dan standar kualitas yang harus diikuti.

Selain itu, distribusi dan pemasaran juga menjadi tantangan tersendiri. Briket "Mowo" perlu dikenal luas oleh masyarakat agar dapat bersaing di pasar. Strategi pemasaran yang efektif, termasuk promosi dan kerjasama dengan berbagai pihak, perlu dikembangkan untuk meningkatkan penjualan dan popularitas produk.

Mahasiswa KKN juga perlu terus melakukan penelitian dan pengembangan untuk meningkatkan kualitas dan efisiensi produksi briket. Inovasi yang berkelanjutan dan adaptasi terhadap perkembangan teknologi dapat membantu meningkatkan daya saing produk di pasar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun