Mohon tunggu...
Ulum Sugarwo
Ulum Sugarwo Mohon Tunggu... wiraswasta -

Setiap kita adalah pencerita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sang Suami

27 November 2014   04:37 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:44 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Atau jika kau beruntung, pergilah kesupermarket, ada potongan diskon disurat kabar hari ini. Khusus dihari jumat.
Kemudian kau pergi sendiri pagi itu, membawa kertas koran yang telah digunting, sebuah trik menghemat bukan?
Anehnya, tidak pernah cukup hal itu untuk mencegah pengeluaran bulanan.


"Sayang, apa aku harus mencari pekerjaan sambilan. Sepertinya pengeluaran kita, semakin hari semakin besar"


Tapi dia laki-laki yang bertanggung jawab, memenuhi kebutuhan rumah tangga adalah kewajibannya, jadi dia melarang.
" kalau kau bekerja, siapa yang mengurus rake, perkembangan dia lebih penting dari apapun. Aku akan mengusahakan yang terbaik, aku janji"

Lupakan diskon dihari jumat, sebenarnya tips penghematan lain lebih banyak. Pertama, kau harus menghemat pemakaian listrik, disadari atau tidak, belakangan ini kenaikan tarif listrik begitu drastis. Tagihan yang membengkak baru kau sadari diakhir bulan. Kemudian kau dapat menghemat pemakaian air, jangan sampai lupa mematikan kran sebelum kau pulas tidur semalaman. Makanan di kulkas, sangat mengherankan seringkali menemukan makanan membusuk disitu.

"John jangan lupa mematikan kran, kemarin sepulang dari menjemput rake disekolah, aku mendapati kran masih terbuka, airnya terbuang percuma kepembuangan"


Belakangan ini kau begitu memperhatikan hal-hal detail. Tak mengapa, sebenarnya pekerjaan yang sering disepelekan laki-laki itu membawa dampak sangat besar. Bayangkan, jika setiap rumah, diseluruh negeri, membiarkan air kran terbuang berjam-jam, pemborosan bersama seperti itu dapat digunakan untuk mencicil utang negara dalam jangka satu tahun. Nilai yang sangat besar bukan?


" aku dapat kerjaan sambilan, jadi akan pulang lebih larut. Aku dan fame menyewa ruko di dhoho, kami membuka cafe kecil-kecilan. Pekerjaannya sangat sederhana, aku hanya mengecek dari sore sampai pukul sepuluh malam, dapat kulakukan sepulang kantor"


Benar saja, john pulang lebih larut belakangan, tidak hanya sampai pukul sepuluh malam, terkadang sampai pukul satu pagi, bahkan lebih. Dia membuktikan tanggung jawabnya, hasil cafe itu terbilang lumayan, pernah laba bersihnya melebihi gaji bulanan. Sekarang kau dapat membeli perabotan baru, televisi yang lebih besar, dan dapat mengajak desh bermain di game zone lebih lama. Sebenarnya kau merasa aneh, dilain sisi kau menghemat air, disisi lain bagimu uang untuk dinikmati. John pun sama sekali tidak keberatan.


" ma, belikan jaket naruto, dan juga kasur baru" beberapa hari ini rake minta dibelikan barang-barang baru.


Pagi hari, saat itu masih berkabut, john bilang "beberapa bagian rumah ini alangkah baiknya dipugar, dan kita perluas halaman belakang untuk ditambah kolam renang". John memang sering mendambakan kolam pribadi, disela-sela kesibukannya, dia ingin berendam disana sambil menenangkan pikiran.


Satu minggu kemudian pemugaran itupun dimulai, kau, john, dan perancang sudah sepakat tentang bagian-bagian yang akan dipugar. Sisi sebelah timur, akan diperluas, sehingga membongkar tembok dan akan dibangun bertingkat. Seperti rencana awal, halaman belakang dibangun taman kecil dan sebuah kolam, juga pelebaran dapur dibagian ruang belakang. Kau agak terkejut, ternyata tagihan pemugaran itu dua kali lipat dapi perkiraan awal, dan tabungan yang kau kumpulkan bersama john tidak mencukupi. Ketika kau mengabari john, padamulanya dia juga tidak percaya, tapi melihat kertas tagihan, john tidak bisa berbuat apa-apa, kemudian mencari pinjaman kecil-kecilan dibank.


Permasalahan lain timbul, john dan fame terlibat perselisihan tentang pembagian laba cafe. Suamimu menceritakan bahwa dirinya lebih banyak menyumbang modal usaha, ditambah dia lebih keras berusaha dalam mengembangkan cafe. Kau sendiri mengetahui hal itu, karena melihat john pulang sampai larut malam setiap hari, dilain sisi john juga mengakui bahwa ide tentang cafe itu berasal dari fame, sedangkan untuk urusan bagi hasil, suamimulah yang berhak mendapat bagian lebih besar, dan kau menyepakati itu.


" manager perusahaan hari ini memanggilku, jika pekerjaan dikantor tetap berantakan, dia mengancam akan mendepakku, sedangkan permasalahan dengan fame belum selesai" john berbicara dengan wajah tampak lesu.

Kaupun menawarkan diri untuk membantu " beri tahu aku tentang permasalahan cafe, sepertinya aku dapat menyelesaikan, kau fokus saja pada pekerjaan dikantor"

"Bagaimana dengan rake?"

" rake sudah agak dewasa, kita dapat mencari orang untuk menjemput sekolah dan menemani bermain disore hari"


Ternyata bakat bisnis mengalir dalam darahmu, setidaknya itu yang kau rasakan. Setelah dilakukan audit bersama, fame dengan rela menerima kau mendapat lebih banyak sepuluh persen darinya tentang pembagian laba cafe. Kau sangat bersemangat menjalaninya, begitupula john, dia mempunyai banyak waktu untuk istirahat, wajahnya tampak lebih segar, dan menceritakan permasalahan dikantor berangsur membaik.

Kau juga mendapat pengasuh yang tepat untuk putramu, disamping sabar dan telaten, pengasuh rake juga sangat jarang izin cuti.


Sebenarnya, aku ingin melanjutkan bahwa kau akhirnya berselingkuh dengan fame, tapi aku suka cerita yang happy ending.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun