Mohon tunggu...
Miftakhul Shodikin
Miftakhul Shodikin Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Kenapa kamu hidup ?

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Peringati Hari Sastra Nasional, Aksara Pesisir Gelar Launching Buku Dan Pentas Seni

12 Juli 2023   08:31 Diperbarui: 12 Juli 2023   08:47 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Peringatan Hari Sastra Nasional 2023 merupakan momen penting untuk mendorong semangat imajinasi dan kreativitas di kalangan masyarakat terutama komunitas anak muda. Komunitas memiliki peran penting dalam upaya regenerasi sastrawan di Indonesia.

Dalam peringatan Hari Sastra Nasional yang jatuh setiap tanggal 3 Juli, Komunitas Aksara pesisir menyelenggarakan "Bincang Buku Antologi Puisi Sajak-Sajak Amoh", bertempat di Gubuk Aksara Pesisir pada Sabtu (8/7). 

Komunitas-komunitas Kesenian dan Sastra yang tersebar di Gresik-Lamongan pun ikut meramaikan kegiatan tersebut. Bahkan novelis populer Luluk HF penulis 'Mariposa' juga turut andil menyampaikan orasi sastra dalam kegiatan tersebut.

Buku 'Sajak-sajak Amoh' karya Basusena itu merupakan antologi puisi pertama yang lahir dari salah satu anggota Aksara Pesisir. Menurut Basusena, sajak-sajak amoh merupakan kata yang indah namun lama.

"Amoh itu lama. Jadi sajak-sajak amoh itu merujuk pada puisi-puisi lama," ungkap sang penulis.

Selain itu, dalam bincang buku yang dimoderatori oleh Takul - Sanggar Pasir itu hadir juga anggota Bidang Sastra Dewan Kebudayaan Gresik - Nizar Rosyidi yang menyampaikan bahwa karya sastra bisa lahir dari pengalaman lingkungan sekitar.

"Satu hal yang membuat karya sastra begitu istimewa adalah kemampuannya dalam  mencerminkan kehidupan sehari-hari dan lingkungan sekitar kita. Oleh karena itu tak heran jika penyair menghadirkan deskripsi mengagumkan tentang keindahan alam sekitarnya," ungkap Nizar.

Sejalan dengan hal tersebut, salah satu puisi Basusena dalam antologi 'Sajak-sajak Amoh' menggambarkan lingkungan di sekelilingnya.

"aku adalah ranting, dan aku satu-satunya daun kering yang mengutuk angin. Tidak, Jangan katakan angin itu akan melupakanku darimu agar salah satu diantara kita bisa tumbuh," sepenggal puisi Basusena berjudul 'Mengutuk Angin'.

Dokpri
Dokpri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun