Mohon tunggu...
Miftakhul Shodikin
Miftakhul Shodikin Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Kenapa kamu hidup ?

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Revitalisasi Sastra Tutur Lamongan: Pelatihan Kentrung Lamongan

14 Maret 2022   18:54 Diperbarui: 14 Maret 2022   19:03 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dokpri
Dokpri

Keberlanjutan sastra tutur kentrung Lamongan menjadi perhatian semua pihak baik masyarakat, komunitas maupun pemerintah. Bila tidak ada satupun pihak yang berusaha untuk peduli dan melestarikannya sudah dapat di pastikan kesenian Kentrung Lamongan akan tinggal cerita dan musnah tergerus zaman. Untung saja pihak-pihak tersebut di atas masih memiliki kesadaran untuk bisa melestarikannya, hal ini terbukti dengan di adakannya pelatihan kentrung Lamongan yang di fasilitasi oleh Balai Bahasa Provinsi Jawa timur. 

Pelatihan kentrung Lamongan di adakan oleh Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur bekerjasama dengan Rumah Budaya Pantura sebagai panitia lokal, dengan melibatkan berapa komunitas indipenden, komunitas kesenian pelajar, mahasiswa dan masyarakat umum pada hari senin 07 Maret - 10 Maret 2022 di Desa Kemantren Paciran Lamongan. 

Hadir sebagai narasumber adalah pelaku seni kentrung Lamongan, seniman Lamongan, Akademisi dan pemerhati kesenian dan kebudayaan, di antaranya Fathur Rokhim ( Seniman Kentrung Lamongan), Deni Jazuli ( Seniman/ Penyair Lamongan ), Mudzakir M. Pd. (Akademisi ) dan Mohammad Sovan ( Pemerhati seni dan kebudayaan ). 

Dalam materinya, Deni jazuli yang merupakan seniman pertunjukan di Lamongan menjelaskan tentang kentrung Lamongan dan perbedaannya dengan kentrung di daerah lain, seperti kentrung Jepara, diceritakannya pertemuannya dengan maestro kentrung Jepara, mbah Parmo dan cucunya, mas Arif. Obrolan antara mbah Parmo dengannya sekitar kentrung Jepara dan Lamongan. 

Antara kentrung Lamongan dan Jepara banyak kesamaannya, ada pula perbedaannya. Persamaannya pada jenis alat musik yang dimainkan adalah rebana/terbang, isi cerita memuat sejarah, syiar agama, dan kebudayaan atau juga tontonan, tatanan dan tuntunan. Perbedaan yang ada mungkin adalah penggunaan cerita yang menurut mbah Parmo, cerita yang beliau sampaikan di kentrung Jepara beliau peroleh dari gurunya seperti cerita Ahmad Muhammad, jimat pancawarna, Joharmanik, Juharsah, Mursoda maling, Jalak mas dan lain lain. 

Beliau tidak pernah membawakan cerita selain yang diajarkan guru beliau. Berbeda dengan kentrung Lamongan yang lebih seperti monolog dengan cerita yang berubah ubah, tidak menggunakan pakem cerita yang baku, penggunaan parikan di kentrung Jepara juga begitu kuat. 

Di ceritakan pula oleh Deni Jazuli tentang kentrung Tayu-Pati, yang masih ditekuni oleh mbah Soeroso, seorang seniman kentrung yang tuna netra, yang juga tidak memiliki murid yang akan mewarisi kesenian kentrung dari beliau. Di wawancarai juga oleh narasumber terkait kentrung Tayu, kurangnya intensitas tanggapan membuat seniman kentrung semakin terlupakan. 

Kentrung lamongan begitu khas, dengan mengunakan pola tutur cerita yang kuat dengan hanya sedikit parikan, namun memungkinkan menggunakan syair syair, sholawat dan kalimat toyyibah, dalang kentrung Lamongan juga mengunakan jenis dalang ontang-anting, pola pukulan musiknya juga sederhana hanya berpola tung-tung-dang, namun suspensi pukulan mengikuti tabgga dramatik alur cerita, artinya ritme tabuhan bisa menjadi cepat dan penuh penekanan saat lakon cerita naik tangga dramatiknya (tegang), kostum dalang juga berciri khas, yaitu memakai Jubah Arab, dengan sorban dan igal persegi. 

Beberapa ritual juga dilakukan oleh dalang kentrung Lamongan seperti melakukan puasa satu hari sebelum manggung, mencari informasi tentang desa atau tempat yang akan dijadikan lakon cerita, baik dengan bertanya pada sesepuh desa setempat, atau dengan cara spiritual, dengan kata lain dalang kentrung Lamongan memiliki kesadaran tentang relasi hubungan antara dalang dengan tuhan, manusia dan alam semesta. 

Pada materi Dramaturgi Kentrung, Narasumber membedah konsep dramatikal atau pendekatan ilmu drama dalam kentrung, sebab kentrung merupakan penyederhanaan dari pertunjukan wayang kulit, dan wayang kulit merupakan pertunjukan drama tradisi, dengan begitu kesenian kentrung juga merupakan seni pertunjukan yang memiliki beberapa unsur, seperti alur cerita, penokohan, dalang, unsur artistik seperti musik dll. 

Oleh karenanya perlu di perhatikan tentang persiapan seorang dalang kentrung, dalam hal ini adalah mental, vokal, ekspres, mimik wajah, pernafasan dan pola komunikasi dengan audiens seperti penggunaan banyolan dengan parikan atau deheman , sindiran dll. 

Kegiatan pelatihan kentrung Lamongan ini merupakan usaha nyata untuk melestarikan kentrung Lamongan yang hampir punah semenjak di tinggal wafat dalang kentrung Lamongan (H.Khusairi.S.Pdi), yang memang tidak ada pengkaderan secara khusus dari beliau, walhasil kesenian kentrung Lamongan mengalami mati suri. 

Harapan masyarakat Lamongan, pelatihan kentrung Lamongan yang di fasilitasi oleh Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur ini, mampu menggugah kembali ghiroh berkesenian kentrung Lamongan dikalangan pemuda, pelajar, mahasiswa dan masyarakat Lamongan. 

Sebagai keberlanjutan kegiatan ini, perlu di gelar festival kentrung Lamongan sebagia tolok ukur keberhasilan pelatihan kentrung Lamongan yang diadakan dan menjadikan Rumah Budaya Pantura sebagai Ruang pusat pelestarian dan pengembangan kentrung Lamongan . 

*(Deni Jazuli/Seniman Lamongan yang sedang mondok di PP. Al Badriyah Tayu)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun