Mohon tunggu...
MIFTAKHUL ROKHMAH
MIFTAKHUL ROKHMAH Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar

Tugas

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Menakutkan tetapi Sangat Berjasa

21 Mei 2022   09:13 Diperbarui: 21 Mei 2022   09:24 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Masa kecil, apa yang terlintas di pikiran kita Ketika hal tersebut di ucapkan. Tentu saja bermain, bersenang- senang, dan banyak hal lain yang di rindukan. 

Waktu kecil di pikiran kita hanya ada bermain, sekolah, makan, tidur, kemudian bermain lagi bersama teman- teman. Jika di ingat- ingat masa kecil sangat menyenangkan. 

Tetapi juga penuh dengan aturan- aturan orang dewasa. Mulai dari harus makan dengan lahap, tidak boleh bermain kotor, dan yang paling susah adalah Ketika kita di suruh untuk tidur siang. 

Waktu itu tidur siang sangat menyebalkan, karena pada waktu siang hari hanya itu kesempatan untuk bermain setelah pulang dari sekolah.

Setelah tidur siang, tentu masa kecil kita tidak lengkap jika kita tidak pergi mengaji. Pada waktu itu, pergi mengaji adalah salah satu hal terpenting serta wajib  untuk di ikuti oleh anak- anak yang beragama islam. 

Mulai dari di ajarkan membaca iqro, sampai dengan bisa untuk membaca al- quran secara lancar dan benar. 

Saat itu tempat untuk mengaji di daerah saya hanya ada satu, yaitu TPQ Aisyah. 

Tempatnya sangat dekat dengan rumah budhe saya, karena waktu itu ibu saya bekerja sampai malam jadi setiap hari saya di titipkan di budhe saya. Tempat mengaji tersebut hanya berjarak sekitar lima rumah, sangat dekat.

Guru mengaji di tempat saya waktu itu berjumlah lima orang. Dua di antaranya juga merupakan guru yang mengajar di TK tempat saya bersekolah. 

Saat kecil saya termasuk orang yang penakut, mendengar suara yang besar saja saya sangat ketakutan dan tidak lama setelah itu terkadang saya jatuh sakit. 

Oleh karena itu, saat kecil saya sangat takut unruk pergi mengaji dan pergi bersekolah. Jika di ingat- ingat memang sangat lucu, padahal guru tersebut tidak bermaksud untuk menakuti siapapun. 

Memang gaya bicara beliau yang tegas dan juga keras. Hal tersebut tidak serta merta di lakukan beliau tanpa alasan. Beliau ingin semua muridnya pintar.

Pada hari biasa beliau adalah orang yang sangat sulit untuk di temui. Banyak sekali acara yang menunggu beliau, jika di ingat- ingat lagi bahkan beliau sangat jarang untuk mengajar mengaji. Tetapi jika ada waktu untuk mengajar pasti akan di selingi cerita- cerita nabi atau cerita islami lainnya. 

Yang terkadang selesai karena adzan maghrib berkumandang. Pada setiap bulan Ramadhan, di daerah rumah saya terdapat suatu tradisi yaitu berkunjung ke rumah- rumah sesepuh yang ada di desa tersebut. 

Atau yang biasa disebut unjung- unjung. Ibu saya tidak hanya berkunjung ke sesepuh tetapi juga pergi ke guru- guru yang telah mengajar anak- anaknya.

Beberapa waktu lalu, saat saya berkunjung. Beliau sudah bersiap- siap untuk pergi keluar karena terdapat undangan suatu acara. 

Meskipun saya hanya berkunjung sebentar, tetapi banyak cerita yang saya dapatkan. Salah satunya adalah bahwa anak tertua guru saya tersebut mendapat beasiswa penuh untuk berkuliah di Mesir. 

Sangat membanggakan. Tetapi yang menyedihkan adalah bahwa selama 5 tahun sama sekali tidak di perbolehkan untuk pulang. Jadi beliau hanya di kirimkan foto- fotonya saja. 

Beliau juga menunjukkannya kepada saya. Mulai dari berfoto dengan unta, kemudian berfoto di depan universitas. Serta mengambil gambar dengan orang- penting yang ada di sana. Seperti professor serta teman- temannya.

Pada waktu itu tentu kami membicarakan banyak hal, mulai dari saya melanjutkan sekolah dimana, masuk jurusan apa, sampai apakah sudah mendapatkan apa yang di inginkan. Kemudian beliau bercerita tentang anak- anaknya yang semua merupakan lulusan dari pondok pesantren. 

Beliau bertanya kepada adik saya apakah berminat untuk mendaftar di sebuah pondok jika nanti sudah lulus dari MI- nya. 

Tentu saya tidak pergi ke rumah beliau sendirian. Saya pergi bersama adik saya. Karena saat ini adik saya juga mengaji di tempat saya mengaji. Meskipun terbilang jarang bertemu, saya masih sedikit takut dengan guru saya tersebut. Karena beliau masih tetap sama, yaitu tegas.

Beliau juga memberikan wejangan atau nasihat, bahwa dimanapun kita berada kita harus memiliki tata krama dan sopan santun. Harus selalu menghormati orang yang lebih tua. Meskipun semakin besar kita dan mendapat ilmu yang lebih banyak dari pada orang tua, kita tidak boleh sekali- kali untuk durhaka. 

Harus selalu ingat bahwa adab kepada apapun dan siapapun lebih penting. Bukan berarti kita harus sopan tetapi bodoh, tidak seperti itu. 

Beliau mengatakan semua harus seimbang, hubungan dengan Allah, dengan manusia, dan dengan apapun yang ada di sekitar kita. Banyak sekali nasihat baik dan bermanfaat yang beliau berikan kepada saya dan juga adik saya.

Karena merasa telah cukup lama saya berkunjung, dan melihat sebelum kedatangan saya beliau telah bersiap untuk pergi ke sebuah acara. Saya memutuskan untuk berpamitan kepada beliau dan suaminya. Sebelum itu saya di suruh untuk mencicip makanan yang telah beliau sediakan di ruang tamu. 

Kemudian saya beranjak dan adik saya berdiri untuk berpamitan, tetapi lagi- dan lagi saya di suruh untuk menunggu sebentar. 

Beliau masuk Kembali ke dalam rumah, dan selang beberapa menit beliau keluar kemudian memberikan angpau kepada adik saya. Setelah berpamitan, saya dan adik saya kemudian pulang dan melanjutkan tradisi unjung- unjung tersebut kepada beberapa sesepuh yang ada didesa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun