Mohon tunggu...
Miftakhuddin
Miftakhuddin Mohon Tunggu... Freelancer - Profil pribadi

Pegiat pendidikan dan sosial-budaya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

SK yang Sebenarnya Didapat oleh Guru

17 Maret 2014   18:32 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:50 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

senang sekali rasanya ketika seorang pengajar mendapat SK karena dengan adanya SK itu maka pengajar sudah resmi menjadi PNS dan mendapat gaji tetap...
ambil saja contoh guru SD, ketika dia masih sukwan, biasanya di bekerja maksimal dengan maksud mendapat perhatian khusus dan cepat diangkat menjadi PNS, akan tetapi ketika dia sudah mendapat SK maka kerjanya menjadi kendor dan tidak maksimal lagi.
tujangan profesi, gaji tetap, dan pengakuan dari pemerintah. mungkin itulah yang diharapkan oleh seseorang ketika mencari cari selembar kertas yang disebut sebut sebagai SK. padahal jika  kita mengajar dengan ikhlas dan memahami arti yang sebenarnya dari pendidikan itu sendiri maka kita tidak akan mengejar SK tapi mengejar minat dan keterlibatan siswa dalam pembelajaran.

SK yang sebenarnya didapat oleh guru adalah ketika guru sudah diterima oleh siswa. itulah SK yang sebenarnya. karena jika guru tidak diterima oleh siswa maka mengindikasikan bahwa guru tidak mampu dan tidak  berkompeten dalam menguasai pembelajaran, (tidak memiliki keterampilan pedagogik)..

guru yang tidak diterima oleh siswa ini bisa saja masuk kedalam ruang kelas dan melakukan pembelajaran, namun pembelajaran tidak akan efektif, karena siswa jelas tidak akan fokus dengan seseorang yang sebenarnya tidak diterima oleh mereka (siswa tidak akan belajar dengan ikhlas dan menyenangkan). lain halnya jika seseorang sudah diterima oleh siswa dan melakukan pembelajaran dalam kelas, maka akan terlihat minat dan tingkah laku dari siswa yang menandakan bahwa siswa sangat bersemangat untuk belajar bersama guru tersebut. sering kali guru selalu dirindukan oleh siswa jika memang dia sudah diterima oleh siswa. ada juga siswa pernah merasa malas dan tidak bersemangat untuk belajar karena tidak mood dengan gurunya, entah itu karena gurunya yang galak, garing, ataupun tidak komunikatif.

jika memang guru tugasnya hanya mengajar, maka tidak perlu lah mendapat minat dari siswa dan cukup datang ke ruang kelas dan menyampaikan materi pelajaran saja, nah yang menjadi persoalan adalah tugas guru bukan hanya mengajar, tapi juga mendidik. dalam konteks pendidikan formal, mendidik adalah kegiatan menyampaikan materi pelajaran dan menanamkan nilai nilai. nah disinilah yang membedakan antara pengajar dan pendidik. seorang pendidik yang profesional (memiliki komptensi pedagogik) pastinya akan memiliki metode yang kreatif dalam mengelola pembelajaran dan selalu dibutuhkan oleh siswanya.  dalam sebuah buku dengan judul Quantum Teaching saya mendapat kalimat yang mengubah paradigma saya tentang pendidikan dan pengajaran. "masuki dunia anak, dan hantarkan dunia kita ke dunia mereka". maksud dari kalimat itu adalah jika kita ingin diterima oleh siswa, maka kita juga harus menjadi siswa (masuk ke dalam dunianya) kemudian untuk mengubah beberapa hal yang ada dalam dunia siswa menjadi lebih baik, maka kita harus memasukkan dunia kita kedalam dunia mereka, sehingga tanpa sadar mereka sebenarnya sedang terbawa kedalam dunia kita., dengan demikian kita menjadi bagian dari mereka, kita ikut bermain dengan mereka, kita ikut belajar dengan mereka, dan yang lebih baik, tidak ada skat pembatas antara kita dengan siswa kita, disinilah kita mendapat SK, yaitu diterima oleh siswa kedalam dunianya.
jika kita sudah diterima, apapun yang kita lakukan dan berikan kepada siswa pasti akan diterima dan mendapat respon positif.

pengalaman ketika saya mengajar di SDN Darsono 4, kec Arjasa, Jember saya merasa menjadi bagian dari teman sepermainan mereka, saya bahkan sempat berfikir apakah saya ini pantas disebut sebagai guru, karena yang saya lihat dan rasakan saya hanya bermain dengan mereka dan dengan sedikit saya menyelipkan ilmu pengetahuan dan menanamkan nilai nilai karakter..

"pengalaman adalah guru yang terbaik, semua orang punya pengalaman, termasuk anak anak"

-Farha Ciciek-

bagaimanapun juga tidak dapat dipungkiri bahwa kita tidak hanya mengajar, tapi sebenarnya kita sendiri juga belajar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun