Mohon tunggu...
Healthy

Menahan Marah akan Menambah Usia dan Menjaga Kesehatan

13 Januari 2017   10:53 Diperbarui: 13 Januari 2017   11:19 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Beberapa hari lalu ketika saya mengantarkan isteri belanja di perempatan saat hendak menyeberang hampir tertabrak mobil lain, sontak saya pencet klakson dan begitu juga sebalikinya pengemudi tersebut. Saya melihat pengemudi tersebut sambil senyum dan menganggukan kepala (kode damai maksudnya), namun pengemudi tersebut terlihat merengut dan geleng2 kepala. Isteri saya yang tau persis kejadian itu bergumam wong situ yang salah kok malah geleng” kayak kita yang salah aja, Jatuk’o aku tak geleng2 pisan.

Tak pikir-pikir sering juga saya merasakan dan mengalami hal serupa dimana mestinya sih ngaku aja salah tapi tetep tak mau mengaku dan cenderung menyalahkan orang lain. Yang paling parah tidak jarang malah marah-marah ke orang tersebut. Hmmm.. (kayaknya banyak juga yang kek gitu hehehe).

Dalam dunia psikologi ada tokoh besar yang bernama mbah Freud (biar supel aja), salah satu teori yang banyak dikenal adalah tentang ego yang kemudian berkembang menjadi teori self defense mechanism.  Salah satu akademisi yang kemudian menjabarkan tentang teori ini adalah semiun yang membagi 7 karakter dari defense mechanism ini salah satunya adalah bahwa defense mechanism bukanlah instingtif. Artinya ini bisa di manipulasi, dipelajari atau dibiasakan sesuai dengan kemampuan masing-masing personal dalam mengelola ego dan defense mechanism nya.

Semakin kesini saya jadi teringat salah satu hadis yang ditulis imam malik dalam kitabnya muwatho’ bahwa ada seorang sahabat yang meminta pesan kepada rasulullah satu kalimat saja yang bisa dia pegangi dalam hidup dan tidak terlupakan. Lalu rasul bersabda:لا تغضب  (jangan marah).

Satu pesan ini mengajarkan kepada saya dan kita agar mengendalikan ego dan tidak larut dalam defense mechanism yang merugikan diri kita sendiri karena sesungguhnya proses defense mechanism ini memiliki efek negative yang akan berupaya mendistorsi realitas dan pada tahap tertentu jika semakin parah kita bisa disebut kelainan jiwa nah loe.

Dalam perpsektif medis dan psikologis, marah merupakan sikap emosi yang memiliki dampak negatif bagi jantung. Ketika sedang marah, dalam tubuh kita secara fisiologis terjadi perubahan, seperti meningkatnya hormon adrenalin yang meningkatkan kecepatan detak jantung serta meningkatkan kebutuhn oksigen. Rasa marah akan memaksa kinerja jantung untuk memompa darah lebih banyak dan akan mengakibatkan tingginya tekanan darah. Ketika kita marah, tubuh akan bereaksi mengeluarkan keringat, Inilah  indikator peningkatan tekanan darah tinggi.

Ketika marah, jantung akan berdebar lebih cepat. Para ahli jantung menjelaskan bahwa kemarahan akan  mengakibatkan detak jantung meningkat pada 180 denyut per menit. Situasi seperti ini, menuntut pasokan oksigen lebih banyak untuk jantung sehingga kita akan bernapas lebih cepat dan pendek. Situasi ini akan memperburuk kondisi jantung dan akibatnya bisa fatal bila kita memiliki penyakit darah tinggi atau jantung. Bahkan hasil penelitian modern menyimpulkan bahwa kemarahan berulang-ulang bisa memperpendek umur karena diserang berbagai penyakit kejiwaan dan penyakit jasmani. Marilah kita belajar menahan marah agar usia kita lebih barokah dan lebih panjang insyaAllah..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun