Kebun tin yang di kelola Pak Joko, yang terletak di Dusun Sumber Watu, Desa Candiwatu, Kabupaten Mojokerto, menjadi saksi lahirnya inovasi baru yang digagas oleh mahasiswa Universitas 17 Agustus Surabaya (UNTAG). Melalui program Kuliah Kerja Nyata (KKN), mereka berkolaborasi dengan petani lokal untuk mengembangkan produk teh daun tin, yang diharapkan dapat meningkatkan daya saing Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di desa tersebut.
Pak Joko, pengelola kebun tin yang telah bertani selama lebih dari 10 tahun, berbagi cerita tentang perjalanan usahanya. “Awalnya saya hanya menjual buah tin segar. Tapi sekarang, dengan inovasi teh daun tin ini, hasil panen daun pun bisa dimanfaatkan. Ini peluang besar untuk kami para petani,” ujarnya dengan semangat.
Mahasiswa UNTAG Surabaya melihat potensi besar dari daun tin yang selama ini kurang dimanfaatkan. Mereka mengembangkan produk teh daun tin dengan metode pengolahan modern, termasuk proses pengeringan dan pengemasan yang higienis. Selain itu, desain kemasan juga dibuat menarik untuk menargetkan pasar yang lebih luas, termasuk pasar daring.
Proses Produksi di Kebun Tin
Tim mahasiswa KKN UNTAG bekerja sama dengan Pak Joko untuk mempelajari teknik budidaya dan panen daun tin yang optimal. Proses produksi teh dimulai dari pemetikan daun tin segar, pencucian, hingga pengeringan menggunakan alat modern yang ramah lingkungan. Hasilnya adalah teh daun tin berkualitas tinggi dengan cita rasa yang khas dan kaya manfaat kesehatan.
“Prosesnya cukup sederhana, tetapi kami memastikan setiap tahap dilakukan dengan teliti agar produk ini benar-benar berkualitas. Kami juga memberikan pelatihan kepada para petani di sini agar mereka bisa melanjutkan inovasi ini secara mandiri,” kata donna, salah satu mahasiswa KKN.
Manfaat Ekonomi bagi UMKM Desa
Inovasi ini tidak hanya membawa manfaat bagi Pak Joko, tetapi juga membuka peluang baru bagi UMKM lokal di Desa Candiwatu. Produk teh daun tin ini mulai dipasarkan melalui jaringan UMKM setempat, baik di pasar lokal maupun online. Dengan branding yang kuat dan strategi pemasaran yang tepat, teh daun tin diharapkan dapat menjadi salah satu produk unggulan Desa Candiwatu.
“Kami sangat terbantu dengan adanya inovasi ini. Selain menambah penghasilan, kami juga merasa bangga karena produk dari desa kami bisa dikenal lebih luas,” ujar Ibu Siti, seorang pelaku UMKM lokal.
Dukungan untuk Keberlanjutan
Untuk mendukung keberlanjutan inovasi ini, mahasiswa UNTAG juga memberikan pelatihan kepada warga desa tentang pemasaran digital, manajemen keuangan, dan pengelolaan usaha. Dengan pendekatan holistik ini, masyarakat Desa Candiwatu diharapkan dapat mengembangkan usaha mereka secara mandiri di masa depan.
“Kami berharap produk teh daun tin ini bisa menjadi ikon baru dari Desa Candiwatu. Ini adalah langkah kecil, tetapi kami percaya dampaknya akan besar jika dilakukan secara konsisten,” ungkap haykal, salah satu mahasiswa UNTAG yang terlibat dalam program ini.
Antusiasme Warga Desa
Antusiasme masyarakat terlihat jelas dari partisipasi aktif mereka dalam setiap tahapan program. Tidak hanya petani, tetapi juga pemuda desa terlibat dalam proses produksi dan pemasaran produk ini. Mereka berharap teh daun tin dapat memperkenalkan Desa Candiwatu sebagai daerah penghasil produk inovatif berbasis alam.
Dengan semangat kolaborasi antara mahasiswa UNTAG dan warga Desa Candiwatu, teh daun tin kini menjadi lebih dari sekadar produk. Ia adalah simbol harapan dan kebangkitan ekonomi lokal yang dihasilkan dari kreativitas dan kerja sama.
Dengan produk teh daun tin yang terus berkembang, Desa Candiwatu kini siap menatap masa depan yang lebih cerah. Kebun tin Pak Joko tidak hanya menjadi tempat bertani, tetapi juga pusat inovasi yang membawa perubahan nyata bagi masyarakat sekitar. Inovasi ini menjadi bukti bahwa kreativitas anak bangsa dapat memberikan dampak besar, bahkan dari akar rumput.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H