Mohon tunggu...
Inimanusiaaa__
Inimanusiaaa__ Mohon Tunggu... Mahasiswa - Catjnhh__

Hanya barisan kata

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Surat dari Bising yang Asing

18 Maret 2022   23:10 Diperbarui: 18 Maret 2022   23:12 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

 Di suatu pagi di beranda

Sebuah surat, 

Dari sosok pemerhati mu

Dari kejauhan, sebuah lara memanggilku. Mengirimkan dekap yang semoga saja menghangatkan mu. 

Tapi menurutku kau tidak akan membutuhkannya, kau punya kehangatan sendiri saat musim dingin. Sekadarnya saja untuk kau baca. Ketika pagi belum penuh juga, saat embun belum juga pergi. Matamu yang hangat mengalahkan kopi yang kau puja dan ketika matamu terpejam menikmatinya sedikit kau menemukanku di sela kebingungan mu, bagaimana bentuk diriku? Dan saat itu senyuman mu merekah, begitulah maksudku. Melihatmu bahagia untuk dirimu sendiri

Saat pagi menjemput, aku melihatmu tampak lusuh dengan kebosanan mu yang itu-itu saja. Saat kau mulai dengan rutinitas mu berjalan menyusuri jalan beton. Beriringan dengan mentari pagi, yang senang sekali menyilaukan matamu, mata sebentuk buah almond yang selalu tampak ramah dengan senyum sumringah setiap kali menyapa banyak hal. Maksudku bukan ingin membahas keanehan mu itu, aku bahkan tidak menganggapnya aneh. 

Aku selalu senang caramu berjalan sedikit melompat-lombat kegirangan meskipun sedang kebosanan. Tidak hanya itu aku juga sering melihatmu berbagi banyak senyuman paling ramah dan yang menarik bukan kepada manusia, kamu terlalu pengecut untuk itu aku tahu itu. Semua kau sapa saat berjalan mungkin  yang sempat kau temui di jalan seperti pucuk pohon mahoni yang baru saja sedang tumbuh, ilalang yang hampir kehilangan bunganya karena kering dan berterbangan, bunga dengan dedaunan hijau yang di tanam dalam pot bercat putih kecoklatan di pekarangan rumah kakek tua yang baru saja kehilangan bunga kehidupannya, kau tersenyum ke semua bentuk alam semesta. 

Sesekali kau juga senang tersenyum sendiri berjalan melewati lapangan yang dipenuhi dengan anak laki-laki yang kegirangan bermain atau berpapasan dengan anak-anak sepeda yang senang sekali melajukan kemudi tapi mudah jatuh lalu terluka. Kau juga senang menanyakan keadaanya, sepertinya dia anak lelaki sejati yang tidak ingin menunjukkan kesakitan nya. Kau mengoceh kepadanya untuk hati-hati tapi juga memberikan senyum sumringah agar menurut perkataan mu. Sejak saat aku melihatmu, aku mengerti. Kau terlalu pendiam untuk banyak manusia tapi terlalu hangat untuk anak kecil. Kau pasti kesenangan dengan anak-anak bukan? 

Setiap hari aku melihatmu begitu ramah, ketika berjalan menuju suatu tempat yang kau inginkan, dan kau paling suka di perjalanan pulang bukan? Senyuman mu tampak lebih manis dan hangat saat di perjalanan pulang, meski raut wajahmu tak bisa bohong kau sangat lelah hari ini. Namun kau menikmati perjalanan mu dengan penuh suka cita. Dan jika tidak ada lagi yang bisa kau nikmati di perjalanan kau akan membenamkan matamu lalu menikmati teduhnya lagu dari album payung teduh di sore hari dengan wangi pohon jalan dan suara gesekan daunnya yang begitu syahdu, namun aku tidak tahu nama pohon itu. Untuk perempuan yang sedang di pelukan itu kesukaanmu.

Kau tahu apa yang paling membuatku tak pernah jengah memperhatikanmu? Kau sangat pandai menyembunyikan lara mu yang amat membara itu. Kau berjalan dengan tatapan penuh damai dan aku tahu kau tidak benar-benar telah berdamai dengan keadaanmu. Kau melangkah dengan bijaksana meskipun kau hanya gadis kecil yang masih belum cukup dewasa untuk itu. Senyuman mu selalu yang termanis kau tampakkan dan aku tahu senyuman itu sisa-sisa tangis semalaman. 

Di keadaanmu sekarang, kau menjadi bunga di setiap mata-mata yang sedang mengagumimu. Kau menjadi yang paling sederhana, tidak banyak bicara, berpikiran cepat, lembut, mengerti, juga pendengar yang begitu baik. Kelemahan mu adalah kau tak pernah berhasil menang dengan perasaanmu. Kau terlalu pengecut menyangkut dirimu juga perasaanmu. Bukankah itu yang memuakkan mu setiap saat? Karena hanya bisa mendengar dari kejauhan tanpa pernah terlibat. 

Dan kau tahu, kau terlalu membanggakan untuk takut dengan perasaanmu sendiri. Di balik paras mu yang baik, kau tidak layak larut dengan perasaan tidak pantas yang kau buat sendiri. Percayalah kamu bunga indah  meski belum sepenuhnya mekar. Suatu saat nanti pasti akan mekar sepenuhnya

Sayang, aku mengerti keadaanmu yang tertutup. Meski begitu, Sampai kapan kau ingin bernyanyi dengan kesedihanmu di saat yang lain sibuk dengan gelak tawa? Sampai kapan memandangi orang yang itu-itu saja namun belum juga berdamai? Sampai kapan merayakan dirimu bersama lara mu? Dekap mu sendiri itu tidak cukup membuatmu bahagia

Aku tidak ingin membuatmu bersedih, di akhir surat ini. Aku hanya ingin kau mempertimbangkan dirimu sendiri. Sungguh aku jatuh hati kepadamu aku senang melihatmu berjalan dan tersenyum dan akan lebih baik jika kau berhasil berdamai dengan orang-orang di sekitarmu. Mereka baik, kau hanya terbiasa menutup diri. Kau mungkin bisa lebih bahagia memiliki banyak hal di dunia ini seperti teman yang baik, atau kekasih yang kau cintai suatu saat nanti. Bahagiakan dirimu selalu

Salam hangat, 

aku kesumat di kepalamu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun