Mohon tunggu...
You and Me
You and Me Mohon Tunggu... Sales - Kesayangan Mama
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Live doesn't forgive weakness

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Aku Miftahul Huda, Pemuda yang Hidup di Lingkungan Perjudian Selama 15 Tahun dan Dituntut Hidup Sukses

15 Januari 2022   14:45 Diperbarui: 15 Januari 2022   14:48 635
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lahir di lingkungan perjudian, serta berdiri tegak untuk hidup selama 15 tahun dalam belenggu kemaksiatan bukanlah suatu hal yang mudah. 

Tersemat dalam jiwa dan raga ini nama Miftahul Huda, kata yang diambil dari bahasa arab dan memiliki makna sebagai "Kunci Petunjuk" seolah menjadi tujuan utama untuk menghabiskan sisa umur ini. 

Banyak orang tua menginginkan anaknya hidup sukses, tak terkecuali kedua orang tuaku. 

Miftahul Huda pun juga menginginkan hal itu terwujud. Namun, setelah melihat dialektika kehidupan yang begitu rumit, sepintas harapan itu pupus. 

Aku melihat, sebagian orang di luar sana yang sukses dan memiliki gagasan hebat soal dunia, minimal memiliki lingkungan yang nyaman, aman, dan bersih dari pekatnya aktivitas maksiat semasa kecilnya. 

Dan tak kalah penting juga, mereka memperoleh pendidikan yang mapan. Sedangkan, aku Miftahul Huda, harus menelan masa lalu kelam yang sudah terlanjur menjadi rekaman kehidupan. 

Lihat saja, masa kecilku yang sudah berkecimpung dengan para penjudi, peminum, pengguna narkoba hingga para pekerja psk, dituntut untuk membalikkan tulisan takdir keluargaku. 

Dalam seminggu, hanya hari Jum'at lah yang menjadi momen paling tenang dalam hidupku. Pasalnya, di hari itu semua kegiatan maksiat vakum dari segala rentetan jadwalnya. 

Aku sang pemilik nama Miftahul Huda, mulai meninggalkan rumah dan kedua orang tuaku, sejak lulus Sekolah Dasar (SD). 

Kendati demikian, di masa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Huda, begitu sapaan akrabku, belum hengkang sepenuhnya dari geliat kemaksiatan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun