Unsur biologis yang terdapat pada manusia, hampir sama cara kerjanya dengan sistem komputer. Kognitif atau otak yang di ibaratkan oleh Abah adalah hardisk. Ketika hardisk di isi oleh data tentang editing foto. Maka saat itulah komputer akan bekerja untuk editing foto. Apapun yang berada dalam hardisk, maka komputer akan bekerja sesuai data yang ada. Begitupun manusia, akan menyimpan dan mengeluarkan sesuatu informasi pada kognitif berdasarkan data yang ada. Data pada kognitif akan di keluarkan dalam bentuk ucapan maupun perilaku.
Maka jangan heran ketika individu yang tinggal di daerah pesisir pantai. Logat atau gaya bicaranya yang begitu keras dan nadanya yang tinggi. Semua itu terjadi karena informasi yang di tangkap oleh kognitif individu berdasarkan lingkungan yang memiliki tekanan udara yang sangat kencang, sehingga mengharuskan ketika berbicara harus lantang. Kalo tidak lantang maka tidak akan kedengeran.
“Lalu apakah di sini ada yang kuliah karena ingin bekerja sebagai Psikolog” Tanya Abah kepada seluruh mahasiswa yang ada di kelas.
Tak ada satupun mahasiswa yang menjawab. Lalu Abah melanjutkan penjelasannya. Kuliah merupakan proses belajar manusia untuk bisa hidup di masa yang akan datang. Bukan berarti kalo tidak kuliah tidak bisa hidup. Namun, ketika kita kuliah. Maka, kita belajar akan teoritis dan pengaplikasian praktis. Belajar bagaimana kita bisa menghargai seseorang, waktu, kesempatan, dan takdir. Sehingga informasi dan pengalaman yang kita dapat saat kuliah bisa masuk dalam kognitif kita dan tersimpan utuh selamanya. Informasi yang di dapatkan saat kuliah pasti akan berguna di dunia masyarakat.
“Saya yakin, di sini sedikit ataupun banyak. Mahasiswa yang kuliah mengambil jurusan Psikologi. Memiliki tujuan guna untuk menjadi Psikolog sebagai salah satu pekerjaan” kata Abah.
Hal tersebut bukan salah. Tapi kurang benar saja, jika niatmu seperti itu maka yang akan kamu dapatkan adalah pekerjaan menjadi psikolog tersebut, dan hal itu jika kamu beruntung memiliki nasib yang mujur. Tapi jika niatmu kuliah untuk menuntut ilmu dan melaksanakan kewajiban sebagai umat muslim. Maka, ketika kamu nanti tidak beruntung menjadi psikolog, setidaknya kamu telah beruntung mengumpulkan pahala dari jerih payahmu menuntut ilmu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H