Mohon tunggu...
Miftahul Hayati
Miftahul Hayati Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog Klinis

Anggota Ikatan Psikolog Klinis (IPK) dan HIMPSI

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengubah Perilaku Anak dengan Hadiah, Efektifkah?

12 Oktober 2020   09:18 Diperbarui: 12 Oktober 2020   09:31 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh Karolina Grabowska dari Pexels 

Perilaku yang dikeluhkan tidak hanya perilaku yang secara umum disepakati salah, seperti membangkang dan memberontak namun kadang-kadang juga perilaku yang tidak sesuai  dan menolak ketika orangtua meminta anak untuk memperbaiki perilakunya. 

Selain itu, orangtua juga banyak mengeluhkan perilaku anak yang dengan sengaja mangkir dari kewajiban yang harus mereka lakukan. Ada kalanya mereka melakukan dengan sengaja apa yang dilarang oleh orangtuanya dan diwaktu yang lain dengan sengaja tidak melakukan apa yang diminta oleh orangtuanya.

Dalam kondisi normal, orangtua pada umumnya dapat memahami perilaku yang ditunjukkan oleh anak. Tetapi orangtua yang menghadapi banyak perilaku yang serupa sepanjang hari pada akhirnya menjadi kewalahan. 

Tidak jarang anak-anak seperti sengaja memperlihatkan perilaku demikian ketika orangtua sedang sibuk-sibuknya melakukan pekerjaan lain atau sedang berhadapan dengan tamu. 

Memberikan iming-iming hadiah  kepada anak seringkali dipilih ketika menginginkan anak  mengikuti kemauan orangtua. Tidak dipungkiri, iming-iming hadiah pada umumnya memang dapat membuat anak melakukan apa yang kita minta dengan cepat. 

Walaupun begitu, tidak jarang juga trik dengan iming-iming hadiah ini tidak berhasil. Oleh karena itu sering muncul pertanyaan dari orangtua mengenai kapan saja waktu yang tepat untuk memberi hadiah kepada anak.

Trik pemberian hadiah merupakan salah satu konsep dari teori behaviorisme. Teori behaviorisme yang mulai berkembang di awal abad 20 sering juga dikenal sebagai teori belajar karena ia meletakkan dasar untuk memahami bagaimana kita belajar, dan mempertahankannya untuk waktu yang lama dalam segala hal.

Namun begitu, kemudian ada banyak kritik yang muncul terkait kelemahan dari teknik ini. Memberikan hadiah pada anak sebagai kompensasi dari perilaku mereka terkadang seperti pisau bermata dua. 

Dalam satu kesempatan pemberian hadiah dapat efektif memunculkan lebih banyak perilaku yang baik. Namun begitu, tanpa sadar hal ini telah membuat anak mengasosiasikan perilaku baik dengan hadiah. 

Dengan kata lain, perilaku baik hanya hadir karena mengharapkan hadiah. Di kesempatan lain, anak hanya berusaha mengambil hadiah sehingga tujuan memperbaiki perilaku yang diinginkan tidak tercapai.

Walaupun teknik pemberian hadiah ini memiliki kelemahan, bukan berarti tidak dapat digunakan sama sekali. Dalam ranah terapi perilaku, teknik ini sering digunakan terutama untuk modifikasi perilaku bermasalah dan membantu anak-anak yang memiliki keterlambatan perkembangan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun