Mohon tunggu...
Miftakhul Fariz
Miftakhul Fariz Mohon Tunggu... -

PBA UIN Malang \r\n

Selanjutnya

Tutup

Edukasi

Ooooops salah nih !!!

5 Mei 2015   06:09 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:22 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kesadaran mengenai diri yang bekembang pada seorang anak kecil sangat berkaitan dengan kemampuan merasakan rentang emosinya yang semakin luas. Seperti orang dewasa, anak – anak kecil mengalami berbagai emosi dalam kehidupann sehari – hari. Pemahaman emosi di masa kanak – kanak awal membuat mereka mencoba untuk memahami reaksi – reaksi emosi orang lain dan mengendalikan emosinya sendiri, contohnya anak kecil mengekspresikan emosi malu, yang terjadi ketika anak mengevaluasi bahwa tindakannya tidak sesuai dengan standar. Seorang anak yang mengalami rasa malu merasa ingin sembunyi atau menghilang. Perubahan yang paling penting di dalam perkembangan emosi masa kanak – kanak awal adalah meningkatkan pemahaman terhadap emosi. Selama masa itu mereka semakin memahami suatu situasi yang menimbulkan emosi tertentu, ekspresi wajah mengindikasikan emosi tertentu, emosi mengaruhi perilaku, secara emosi dapat digunakan untuk memengaruhi orang lain (Cole dkk 2009).

Sebuah meta-analisis terbaru mengungkapkan bahwa pengetahuan emosi (seperti memahami isyarat emosi, sebagai contoh, ketika seorang anak mengetahui bahwa teman sebayanya bersedih karena dikeluarkan dari permainan)terkait secara positif dengan kompetensi sosian anak –anak usia dua hingga empat tahun (seperti memberikan empati terhadap anak tersebut) dan terkait secara negatif dengan internalisasi mereka (tingkat kecemasan yang tinggi), serta merasa eksternalisasi (perilaku agresif yang tinggi) (Trentocosta & fine 2009). Antara usia empat hingga lima tahun, ank – anak memperhatikan peningkatan jumlah istilah yang mereka gunankan untuk mendiskripsikan emosi. Selama masa ini, anak – anak juga belajar mengetahui penyebab dan konsekuensi dari perasaan – perasaan (Denham, Basset & Wyatt 2007).

Ketika berusia empat hingga lima tahun, anak – anak mulai memperhatikan peningkatan merefleksikan emosi. Mereka juga mulai memahami bahwa kejadian yang sama dapat membangkitkan suasana yang beda kepada orang yang berbeda, lebih jauh lagi mereka memperhatikan adanya peningkatan kesadaran sehingga mereka perlu mengelola emosi – emosi mereka agar dapat memenuhi standar social. Dan pada usia lima tahun, sebagian aanak – anak dapat menentukan smosi secara akurat, yang diperoleh dengan menghadapi lingkungan serta menjelaskan strategi yang mereka lakukan dalam mengatasi tekanan sehari-hari ( Cole dkk 2009).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun