Mohon tunggu...
Miftahul Falah
Miftahul Falah Mohon Tunggu... -

Hanya seorang petualang yang mencari kebenaran. Memiliki impian untuk berkeliling dunia dan menorehkan namanya dalam sejarah emas peradaban. Kenalan lebih jauh? miftahulfalah.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Alhamdulillah Sudah.. #1: Sebuah Fiksi

25 Juli 2011   08:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:24 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada suatu petang di dalam sebuah ruangan kantor ber-AC, harum semerbak apel hijau nampak berasal dari pengharum ruangan yang digantungkan tepat di bawah udara dingin yang berhembus dari AC tersebut. Nada sedang tersenyum sendiri di depan PC-nya.

"Alhamdulillah sudah dapat yang kucari sejak pagi tadi, dengan ini maka besok semua tugas dari Bos bisa kuselesaikan", batinnya.

Tiba-tiba Rina datang menghampiri, "Nad, udah dapet tiket mudik belom?", "Alhamdulillah sudah, Rin, kemarin sore dibeliin sama kakakku, rencananya sih tahun ini mau mudik pake kereta, kamu sendiri gimana?", "Belum dapet ni, lagi dicariin ama masku."

"Eh iya, kamu udah bayar zakat, Nad?", "Hah, bayar zakat? Sekarang kan masih awal Ramadhan, bukannya itu entar ya, pas di akhir menjelang Idul Fitri?", "Ga tau juga sih, soalnya di lantai bawah tadi ada semacam gerai en yang jaganya tuh nawarin orang-orang tuk bayar zakat, tapi karena aku buru-buru en disana ngantri ya aku kesini dulu, mau ngambil tas.”

“ Oo.. Entar kita kesana yuk, sekalian nanya ko nawarin bayar zakatnya di awal Ramadhan.", "Oh, boleh Nad, sebentar, aku beres-beres dulu ya."

Sambil menunggu Rina membereskan barang-barangnya, Nada memandang lansekap Kota Jakarta di luar jendela yang ada di sisi mejanya. Matanya menembus menerawang keluar dari ruang kantor yang ada di lantai 17 itu. Ia melihat di kejauhan nampak hiruk pikuk lalu lintas yang padat merayap, tanda jam pulang kantor sudah tiba. Pasti di tengah kemacetan itu akan ada banyak para pengemis dan seniman jalanan yang berlomba untuk mengail rezeki menjelang saat berbuka puasa, begitu pikirnya.

Tak lama berselang, mereka pun sudah tiba di lantai dasar dari gedung itu. Nampak seorang perempuan muda berjilbab hijau nan anggun tengah sendiri menunggui sebuah gerai bernuansa biru dan hijau yang teduh. Sontak dia memandang ke arah Nada dan Rina dan menyunggingkan bibirnya 2cm ke kiri dan 2cm ke kanan, sebuah senyuman menawan dari seseorang yang tak ber-make up tebal, namun wajahnya tetap nampak cerah.

Dan percakapan di antara mereka pun terjadi. Si penjaga gerai berjilbab hijau itupun dengan cekatan menjelaskan perihal fiqih zakat, termasuk pembagian zakat. Ternyata zakat itu tidak hanya ada zakat fitrah saja, akan tetapi ada juga zakat profesi atau penghasilan, zakat maal, zakat emas, zakat pertanian, dsb.

“So, gimana Rin, kamu udah bayar zakat profesi?” tanya Nada. “Ehm.. sebentar..”, lalu Rina mengeluarkan beberapa lembar uang dari dompetnya dan menyerahkannya pada perempuan penjaga gerai itu. “Klo sekarang.. Alhamdulillah sudah, Nad, hehe..” ujarnya sambil cengengesan. Nada pun tak mau kalah, ia segera menghitung berapa jumlah zakat yang harus ia keluarkan.

Mungkin tidak hanya Nada dan Rina saja yang berpikir bahwa bayar zakat itu dilakukan di akhir bulan Ramadhan. Zakat memang banyak jenisnya dan mengeluarkannya merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang telah mencapai nishab (batas minimal dikenai zakat).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun