Oleh: S. Miftahul Abror
Dalam akhir akhir ini ibu pertiwi mengalami sakit yang diawali dengan adanya pembubaran Hizbut Tahrir yang mana menimbulkan banyak pro dan kontra yang kemudian menghujani media sosial dengan berbagai argumen, hoax dan saling mencaci satu dengan yang lainnya.Â
Tak peduli lagi temen, tetangga, keluarga apalagi saudara seiman dan setanah air. Bahkan antara orang alim dan orang awam tak ada bedanya, yang awam bisa dengan leluasa menyalahkan yang alim.
Ujaran kebencian dan berbagai fitnah masih berlanjut bahkan semakin deras dan semakin miris. Berbagai hoax yang dapat memicu fitnah, caci maki dan ujaran yang menyebabkan perpecahan membanjiri sosial media yang menjadi dunia baru bagi mahluk hidup di era millenial ini.Â
Kurangnya literasi informasi dari media yang dipercaya juga menjadi sebab masyarakat enggan untuk berfikir panjang untuk menyebarkan berita yang dibacanya yang membuatnya terkesan, benci, atau mendukung berita agar juga dibaca oleh khalayak yang memfollow atau berteman dengan akun sosmednya.
Mudahnya untuk membagikan informasi di sosmed yang hanya dengan sekali klik, juga turut membuat pengguna sosmed untuk segera membagikan sebelum kemudian dilanjut dengan scroll di postingan berikutnya.Â
Dapat diperkirakan 171,17 juta warga penguna internet dari jumlah populasi warga Indonesia 264,16 juta berdasarkan data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) dalam tulisan bapak Zainal Anwar seorang dosen dari IAIN Surakarta. Satu akun sosmed dari warganet rata-rata memiliki 500-1000 teman atau followers bahkan hingga ribuan.
Begitu cepat berita tersebar bagaikan kilat. Berbagai masalah yang sempat booming seperti pada saat Pilpres, rasisme terhadap mahasiswa Papua di Surabaya, aksi yang dilakukan mahasiswa besar-besaran diberbagai daerah kepada pemerintah dan kemudian berlanjut kasus yang ada di Wamena. Semua masalah tersebut cepat sekali panas dan masalah yang awalnya kecil kemudian dengan cepat membesar yang menjadi masalah yang serius hingga munculnya korban.
Pengaruh sosmed sangatlah besar dan bahkan bisa jadi menjadi sebab utama maslah besar yang ada di Indonesia ini. Sehingga amatlah penting Tabayyun atau Crosscek terhadap bebagai informasi mulai dari yang kita setuju hingga yang paling membuat kita bencian marah. Jika kita adalah orang Islam, apakah kita sudah tak peduli dengan yang dihimbaukan dan bahkan menjadi peringatan dari Allah kepada kita? Yang secara gamblang bisa kita pahami dengan jelas yang tedapat pada Al-Quran.
"Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik suatu berita maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahuikeadaannya yangmenyebabkan kamu menyesal atas perbuatannmu itu".(Q.S. Al-Hujurat/49:6). Ini adalah himbauan yang secara tegas kepada seluruh masyarakat jika dirinya merasa adalah orang yang beriman.
Bahkan dalam Jawad Mugniah dalam kitabnya Tafsir Mubin, ayat ini dengan jelas menunjukkan bahwa haramnya mengambil berita  dari orang fasik tanpa adanya klarifikasi atau Tabayyun terlebih dahulu. Maka mari bersama kita bersabar ketika ada berita atau informasi yang datang kepada kita dengan menyempatkan waktu sebentar untuk klarifikasi atau ber-Tabayyun terlebih dahulu jika ingin membagikannya untuk khalayak umum.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H