Oleh : S.Miftahul Abror
Hari raya idul fitri tinggal didepan mata, tinggal menghitung hari. Sebentar lagi kita akan bertemu sebuah tradisi yang dimiliki oleh generasi milenial disosmed. Hampir semua orang yang memiliki sosmed akan melakukan hal ini dengan membuat broadcast mohon maaf lalu disebarkan diberbagai group lalu dibagikan sehingga lebih hemat tenaga untuk bermaaf-maafan, dan bahkan kadang dia hanya mengcopas broadcast orang lain, lalu diganti nama keluarganya atau nama dirinya sehingga lebih hemat lagi tenaganya.
Kesalahan kita ke sesama manusia memang masalah paling rumit, yang Allah Swt pun tak akan mau mengampuninya kecuali orang itu memaafkan kita menurut pendapat imam ghozali. Sebetulnya banyak dalil yang menganjurkan umat Muslim untuk saling meminta maaf dan memberi maaf, jadi tidak hanya saat setelah idul fitri saja.
Lalu, apakah boleh meminta maaf lewat sosmed? Tentu hal ini tak akan menjadi masalah, jika kita dengan saudara kita tak bisa bertemu karena suatu alasan peting misal kehabisan tiket sehingga tak bisa pulang dari perantauan dan lain sebagainya, maka sosmed menjadi sebuah alternatif yang sangat membantu di era modern ini dengan meminta maaf melewati sosmed.
Bagaimana bila penggunaan ini digunakan dengan berlebihan yang mana dengan mengirimkan broadcast minta maaf yang didahului dengan kata-kata indah kemudian dikirim ke semua kontaknya. Sehingga kadang sampai ogah membuka chat dihari raya idul fitri karna sangking banyaknya orang yang mengirimkan pesan tersebut. Tentu hal seperti ini tidak ada larangan dari dasar manapun karena masa nabi tak ada sosmed.
Hal seperti itu akan sangat berlawanan dengan akhlak meminta maaf, jika hal tersebut masih bisa dilakukan dengan bertatap muka dan berjabat tangan. Ketika tetangga telah susah payah membeli atau membuat kue atau hidangan untuk menyambut tamu malah mohon maafnya melalui sosmed padahal masih dimungkinkan untuk bertemu dan berjabat tangan.
Dalam suatu hadist Dari al-Bara bin Azib radhiyallahu anhu, dia berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
"Tidaklah dua orang muslim saling bertemu kemudian berjabat tangan, kecuali akan diampuni (dosa-dosa) mereka berdua sebelum mereka berpisah." HR Abu Dawud (no. 5212), at-Tirmidzi (no. 2727), Ibnu Majah (no. 3703) dan Ahmad (4/289), dinyatakan shahih oleh syaikh al-Albani.
Dalam sebuah riwayat lain, sebagaimana yang diriwayatkan At-Thabarani dan Al-Baihaqi.
إن المؤمن إذا لقي المؤمن، فسلم عليه وأخذ بيده، فصافحه، تناثرت خطاياهما، كما يتناثر ورق الشجر» . ولخبر: «ما من مسلمين يلتقيان يتصافحان إلا غفر لهما قبل أن يتفرقا» والسنة في المصافحة بكلتا يديه. قال النووي في الأذكار: اعلم أن المصافحة مستحبة عند كل لقاء
Artinya, " Seorang Mukmin ketika berjumpa dengan Mukmin lainnya, lalu member salam, memegang dan berjabat tangan, maka gugurlah dosanya sebagaimana daun-daun berguguran, dan berdasarkan hadits, Tiada dua orang Muslim yang berjumpa, lalu berjabat tangan, niscaya dosa keduanya diampuni sebelum keduanya berpisah. Jabat tangan disunnahkan dengan kedua tangan. Imam An-Nawawi dalam Al-Azkar mengatakan, Ketahuilah, jabat tangan disunnahkan setiap kali berjumpa," (Lihat Syekh Wahbah Az-Zuhayli, Al-Fiqhul Islami wa Adillatuh, Beirut, Darul Fikr, cetakan kedua, 1985 M/1405 H, juz 3, halaman 570).
Dari dua keterangan diatas sangat disayangkan jika bermaaf-maafan kita hanya dilewatkan dari sosmed saja bila tidak ada sebab yang terpaksa. Selain itu tradisi berkeliling kerumah tetangga untuk berjabat tangan akan sangat menjadi sebuah hubungan antar tetangga antar umat islam semakin terjalin dengan erat.
Menghadapi zaman yang semakin maju dengan berbgai alat komunikasi, jika hal itu tidak disikapi dengan bijaksana atau dipakai secara berlebihan hal itu yang awalnya sebenernya bisa memberikan maslahah akan menjadi mudharat berupa terwujudnya manusia yang individualis ogah bertemu tetangga sehingga silaturahmi sesama manusia akan menjadi renggang.
Sebelum berkeliling bersiturahmi bermaaf-maafkan dengan teman tetangga ada yang perlu diutamakan yakni meminta maaf kepada orang tua kita dengan mencium tangan mereka dengan penuh ketakdziman lalu memohon maaf atas segala kesalahan yang kita lakukan selama ini dengan menghilangkan rasa gengsi bila dinilai itu alay.
Dalam sebuah hadist dari abu hurairah berikut:
عن أبي هريرة أن رسول الله صلى الله عليه و سلم رقي المنبر فقال : آمين آمين آمين فقيل له : يارسول الله ما كنت تصنع هذا ؟ ! فقال : قال لي جبريل : أرغم الله أنف عبد أو بعد دخل رمضان فلم يغفر له فقلت : آمين ثم قال : رغم أنف عبد أو بعد أدرك و الديه أو أحدهما لم يدخله الجنة فقلت : آمين ثم قال : رغم أنف عبد أو بعد ذكرت عنده فلم يصل عليك فقلت : آمين قال الأعظمي : إسناده جيد
"Dari Abu Hurairah: Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam naik mimbar lalu bersabda: Amin, Amin, Amin. Para sahabat bertanya : "Kenapa engkau berkata demikian, wahai Rasulullah?" Kemudian beliau bersabda, "Baru saja Jibril berkata kepadaku: Allah melaknat seorang hamba yang melewati Ramadhan tanpa mendapatkan ampunan, maka kukatakan, Amin, kemudian Jibril berkata lagi, Allah melaknat seorang hamba yang mengetahui kedua orang tuanya masih hidup, namun tidak membuatnya masuk Jannah (karena tidak berbakti kepada mereka berdua), maka aku berkata: Amin. Kemudian Jibril berkata lagi. Allah melaknat seorang hambar yang tidak bershalawat ketika disebut namamu, maka kukatakan, Amin"." Al Azhami berkata: "Sanad hadits ini jayyid".
Diceritakan lebih lanjut dalam hadist yang terjemahannya yang artinya:
Doa Malaikat Jibril itu adalah: "Ya Allah tolong abaikan puasa ummat Muhammad, apabila sebelum memasuki bulan Ramadhan dia tidak melakukan hal-hal yang berikut:
1) Tidak memohon maaf terlebih dahulu kepada kedua orang tuanya (jika masih ada); 2) Tidak bermaafan terlebih dahulu antara suami istri; 3) Tidak bermaafan terlebih dahulu dengan orang-orang sekitarnya.
Kedua hadist diatas menganjurkan kita untuk memohon maaf kepada orang tua kita Sebab konsekuensinya jika tidak dilakukan, maka ibadah puasa anda tidak akan diberi ganjaran pahala. Tentu saja hal ini akan sangat merugikan, sebab bulan Ramandhan merupakan bulan yang mulia yang mana telah kita laksanakan puasa selama sebulan penuh.
Kemudian dilanjutkan dengan meminta maf kepada istri suami dan teman serta tetangga kita. Dan kita diwajibkan untuk memaafkan siapapun yang memohon maaf kepada kita.
"Maka ma'afkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu" (QS. Al-Baqarah:109).
"Dari Abi Hurairah ra. bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Siapa yang menegakkan Ramadhan dengan iman dan ihtisab, maka Allah telah mengampuni dosanya yang telah lalu" (HR Bukhari dan Muslim)
Semoga bermanfaat dan kita bisa menyambut hari raya ini dengan kebahagian bersama keluarga kita. Aminnn
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H