Mohon tunggu...
Miftahul Abror
Miftahul Abror Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

seorang mahasiswa yang menempuh gelar sarjana di Institut Agama Islam Negeri Surakarta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Antara Kyai, Gus, Ustaz, dan Habib

5 Maret 2019   03:31 Diperbarui: 15 Maret 2019   14:43 904
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Oleh: Slamet Miftahul Abror

Indonesia, negara yang menganut agama islam terbesar didunia. pergolakan politik yang dilatar belakangi agama kini semakin tak terkendali. berbagai Dai, ustad, habib, gus banyak bermunculan. Ada yang bersifat mengajak dalam perpolitikan dengan mencaci pemerintah, ada juga yang mendengungkan jihad dengan mendirikan Negara khilafah, dan masih banyak lagi.

Ada pula Dai, ustad, habib, gus, kyai yang mengajak untuk perdamaian antara sesama warga Negara, saling menghormati tidak saling mencaci walau berbeda pendapat. Slalu untuk menjaga ukhuwah islamiyah, ukhuwah wathoniyah, dan ukhuwah basyariah yakni hubungan sesama islam, sesama warga Negara dan sesama manusia,

Terkadang terlintas siapakah yang paling utama diantara gus sebagai sebutan untuk anak kyai, atau kyai, ustadz sebagai dai ataupun pengajar agama yang bukan dari dzuriyah nabi, ataukah habib yang memiliki hubungan darah dengan nabi SAW yang disebut juga dengan ahlul bait?

Sebenernya diantara mereka yang paling mulia yakni mereka yang paling bertaqwa, serta berilmu yang menjadi paling mulia disisi Allah SWT, tanpa memandang gelar dan keturunan, tanpa me'napi'kan kemuliaan-kemuliaan khusus yang dimiliki dzurriyah Rosul SAW.

Banyak ulama yang menjelaskan tentang ini di dalam beberapa kitab kuning diantaranya menurut Tafsir Thobary

كذا وكذا.
وقوله ( إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ) يقول تعالى ذكره: إن أكرمكم أيها الناس عند ربكم, أشدّكم اتقاء له بأداء فرائضه واجتناب معاصيه, لا أعظمكم بيتا ولا أكثركم عشيرة.
حدثني يونس, قال: أخبرنا ابن وهب, قال: ثني ابن لهيعة, عن الحارث بن يزيد, عن عليّ بن رباح, عن عقبة بن عامر, عن رسول الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّم قال: " النَّاسُ لآدَمَ وَحَوَّاءَ كَطَفِّ الصَّاعِ لَمْ يَمْلأوهُ, إنَّ اللّهُ لا يسألُكُمْ عَنْ أحْسابِكُمْ وَلا عَنْ أنْسابِكُمْ يَوْمَ القِيامَةِ, إن أكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّهِ أتْقاكُمْ".

- Tafsir Ibnu Katsir

حديث آخر : وقال الحافظ أبو القاسم الطبراني : حدثنا أبو عبيدة عبد الوارث بن إبراهيم العسكري ، حدثنا عبد الرحمن بن عمرو بن جبلة ، حدثنا عبيد بن حنين الطائي ، سمعت محمد بن حبيب بن خراش العصري ، يحدث عن أبيه : أنه سمع رسول الله - صلى الله عليه وسلم - يقول : المسلمون إخوة ، لا [ ص: 387 ] فضل لأحد على أحد إلا بالتقوى "

حديث آخر : قال أبو بكر البزار في مسنده : حدثنا أحمد بن يحيى الكوفي ، حدثنا الحسن بن الحسين ، حدثنا قيس - يعني ابن الربيع - عن شبيب بن غرقدة ، عن المستظل بن حصين ، عن حذيفة قال : قال رسول الله - صلى الله عليه وسلم - : " كلكم بنو آدم . وآدم خلق من تراب ، ولينتهين قوم يفخرون بآبائهم ، أو ليكونن أهون على الله من الجعلان " .

ثم قال : لا نعرفه عن حذيفة إلا من هذا الوجه .

yang lebih mulia itu adalah yang lebih berilmu dalam hal keagamaannya, jika memang si habib itu paling banyak ilmunya bisa jadi dialah yang lebih utama atau mungkin orang yang lebih berilmu serta yang lebih bertaqwa maka orang itulah yang lebih mulia disisi allah. telah banyak tertulis di dalam kitab kitab kuning tentang kemuliaan orang orang yang berilmu, dan fadhilah keutamaan ilmu atas alam, seperti kitab "tanqihul qoul", ta'lim muta'alim dan sebagainya. Mungkin bias dicek sendiri bila blom pernah membacanya.

Masalah nasab itu hanyalah ke sekian karena pengaruh keturunan tergantung dari didikan serta ilmu yang ia kuasai. menurut nabi SAW sendiri kalau seandainya siti fatimah mencuri, maka tangannya harus dipotong juga seperti orang orang yang lainnya. tapi keberadaan orang berilmu itu lebih mulia di sisi Allah SWT meskipun dia fasik (contoh: suka nongkrong di warung), ketimbang orang yang suka beribadah dan suka berdzikir, tapi dia bodoh dalam masalah agama. demikian penjelasnya bisa diperpanjang sesuai analisa masing-masing.

  

عن حذيفة بن اليمان رضي الله عنهما أنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « إن فضل العلم خير من فضل العبادة، وخير دينكم الورع » ، وعنه صلى الله عليه وسلم « أنه دعا لابن عباس رضي الله عنهما، فقال: اللهم فقّهُّ في الدين وعلمه التأويل » وصحَّ عنه صلى الله عليه وسلم أنه قال: « من سلك طريقاً يطلب فيه علماً، سلك الله له به طريقاً إلى الجنة، وإن الملائكة لتضع أجنحتها رضاء لطالب العلم، وإن العالم يستغفر له من في السماوات ومن في الأرض، حتى الحيتان في البحر، وفضل العالم على العابد كفضل القمر على سائر الكواكب، وإن العلماء ورثة الأنبياء، وإن الأنبياء لم يورّثوا ديناراً ولا درهماً، إنما ورّثوا العلم، فمن أخذه أخذ بحظ وافر

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun