Bagaimana pun juga nama AHY masih sulit representasi (afialiasi) mengambil suara ulama. Representasi Ulama faktor determinan menentukan yang ngak bisa dipandang remeh dalam kemenangan, disaat menguatnya sintemen popolisme Islam. Maka, Prabowo-AHY kombinasi yang kurang menjual dan kurang tepat, karena sama-sama militer, sama-sama nasionalis, ceruk segmen Prabowo-AHY juga sama irisannya. Kita bisa bayangkan dan mudah memprediksi (forecast) simulasi pertarungan peta lama misalnya Prabowo-AHY berhadapan dengan Jokowi-Mahfud MD. Sebaliknya akan keras benturan pertarungan dan sulit diprediksi apabila Prabowo-Salim Segaf head to head dengan Jokowi-Ma'ruf Amin.
Beliau belakangan santer menjadi bahan pemberitaan dan perbincangan publik setelah partai Demokrat menyatakan dukungannya ke Prabowo. Hal ini setidaknya bisa dilihat dengan beberapa pertimbangan. Pertama; nama pasangan Capres-Cawapres dari kubu prabowo harus mempertimbangkan kombinasi ideal (equilibrium) yakni Nasionalis-Religius untuk dapat menjangkau episentrum pemilih yang lebih luas.
Kedua; sentimen publik sebagai bentuk Populisme Islam harus direspon dengan meng-akomodasi rekomendasi dari Ijtima' ulama sebagai representasi dari gerakan ini, sehingga gerakan ini semakin solid dan mengarahkan dukungannya kepada kandidat yang mewakili kepentingan gerakan ini.
Ketiga; upaya yang serius dari poros Jokowi untuk merangkul kalangan Islam dengan pendekatan intensif kapada para Ulama, Santri, Cendikiawan Muslim dan Ormas Islam. Jokowi ingin mengambil posisi tidak berseberangan dengan kekuatan Islam, sehingga perlahan tapi pasti Jokowi sudah berhasil memperluas basis dungannya yang tidak hanya dari kalangan ceruk segmentasi nasionalis. Jika ini tidak dibaca dengan cermat oleh kubu Prabowo maka peluang Jokowi untuk kembali memenangkan pilpres semakin terbuka lebar.
Oleh karena itu, dari beberapa pertimbangan di atas maka kombinasi Nasionalis-Religius sepertinya akan menghiasi persaingan dan kompetisi dalam pilpres 2019 mendatang. Pasangan Prabowo-Salim Segaf Al-Jufri akan menjadi lawan tanding yang sebanding, cukup keras dan sengit ujung kompetisinya. Artinya cukup merepotkan dan menyulitkan ruang gerak Jokowi dan pasangannya.
Itu bukan berarti Jokowi tak punya nama Cawapres yang cukup diperhitungkan, ada banyak nama seperti Ma'ruf Amin yang merupakan ketua MUI dan juga dekat dengan kalangan NU, ada juga nama seperti Mahfud MD dan TGB yang juga punya basis yang cukup kuat dan diperhitungkan dikalangan Islam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H