Mohon tunggu...
Miftahul Alam
Miftahul Alam Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Duet Prabowo-Aher di Pilpres 2019 Lebih Kongkret

16 Juli 2018   17:17 Diperbarui: 16 Juli 2018   17:28 694
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pasangan calon presiden dan wakil presiden yang akan bertarung di Pilpres 2018 kian mengerucut ke dua poros, Jokowi dan pasangannya vs Prabowo dan pendampingnya.

Bakal pasangan Jokowi, meski masih samar-samar perlahan mengkristal. Beredar sejumlah nama seperti mantan Ketua MK Mahfud MD dan TGB Zainul Majdi dari figur profesional atau Muhaimin Iskandar dan Romahurmuziy (Romi) dari partai politik pendukung pemerintah.

Sementara calon Prabowo, sejumlah nama juga sudah disebut-sebut. Ada mantan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan (Aher), Ketua Dewan Syuro PKS Salim Segaf Al Jufri, dan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan.

Pengamat Politik dari Universitas Pelita Harapan (UPH) Emrus Sihombing mengatakan, wacana Prabowo-Aher lebih masuk akal. Dia beralasan, Aher akan mendongkrak elektabilitas Prabowo di Jawa Barat khususnya, seturut peningkatan suara calon kepala daerah yang diusung Gerindra-PKS di Pilkada Jabar beberapa waktu lalu.

Meski tidak menang, namun pasangan Sudrajat-Syaikhu memberi kejutan dan nyaris menumbangkan pasangan Ridwan Kamil-UU Ruhzanul Ulum.

Aher kader PKS dan terbukti dua periode berhasil membangun Jawa Barat, dibanding dengan Anies Baswedan.

Anies, belum teruji di Jakarta karena pembangunan yang di Jakarta saat ini masih sebagai karya dari Jokowi yang kemudian dilanjutkan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.

Walhasil, lebih kongkret ketika PKS memasankan Prabowo dengan Aher. Itu lebih produktif ketika nanti berhadapan dengan calon pesaingnya di Pilpres yakni Jokowi dan pasangannya.

Hal positif lainnya adalah Aher merupakan kader idiologis PKS yang secara definitif akan memperkuat koalisi antara Gerindra dan PKS. Sebab bagaimanapun politik itu bicara kekuasaan dan bicara kepentingan.

Bukankah kepentingan PKS lebih terwujud jika mengusung kadernya sendiri yaitu Aher dibanding Anies.

Dikhawatirkan, jika PKS memaksakan diri mengusung Anies yang dianggapnya sebagai politisi yang sangat cair, akan berdampak buruk kepada PKS di kemudian hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun