Guru akhiratAssalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, salam sejahtera untuk kita semua. Kembali lagi dengan saya miftahul rizka. Saya merupakan mahasiswi semester 2 Â jurusan perbankan Syariah, fakultas ekonomi, universitas Maulana Malik Ibrahim Malang. Kali ini judul artikel saya tentang guru akherat.Â
Saya akan menceritakan pengalaman saya ketika belajar iqra' hingga sampai saat ini saya mampu membaca alquran dengan baik dan benar.
Pada tanggal 21 Mei 2022 Saya mendatangi  Taman pembelajaran Alquran  saya semasa kecil.biasanya kami menyebutnya dengan TPA.
Semenjak kecil ketika saya berumur dua tahun saya sudah dikenalkan dengan iqra' oleh orang tua saya,kebetulan pengurus TPA tersebut keluarga saya ,dan semasa kecil saya sudah sering bermain di TPA karna ngikut saudara, akhirnya saya di daftarkan sebagai santri di TPA tersebut.
Padahal pada masa itu belum ada yang seumuran dengan saya,boleh dikatakan saya masih terlalu kecil untuk ikut menjadi santri TPA,biasanya murid murid disana berumur 6 - 13 tahun untuk kelas mengaji siang,dan umur 13 - 16 tahun untuk kelas tajwid malam.
Saya memiliki banyak guru ngaji, akan tetapi pada kali ini saya ingin menceritakan tentang seorang guru saya yang paling berkesan.Â
Saya memanggilnya dengan sebutan "Kakak" karena beliau sendiri merupakan kakak sepupu saya, Sebenarnya semua guru mengaji di TPA tersebut merupakan saudara saya, tapi kali ini saya lebih tertarik menceritakan tentang kak devi,karna saya mempunyai kenangan yang sangat memalukan ketika belajar mengaji dengannya.
Beliau merupakan seorang guru yang tegas,selain mengajar ngaji di TPA,beliau juga berprofesi sebagai seorang guru biologi di madrasah tsanawiyah di sebuah daerah.
Dulu jadwal saya mengaji dari jam 2 - 4 sore.saya sangat malas pergi mengaji,alasan karna capek pulang sekolah. Di TPA kami ada sebuah peraturan yaitu jika ada yang tidak  hadir maka diberi hukuman, hukumannya  dilakukan agar kami jera dan selalu hadir datang mengaji, agar kami mengerti bahwa setiap perilaku yang dilakukan memiliki konsekuensi tersendiri. Dan hukuman tersebut juga bertujuan untuk mendisiplin kan kami.
Jadi pada suatu ketika saya sering bolos pergi mengaji,saya sering  menyepelekan hukuman tersebut karna gurunya saudara saya sendiri.
Kak Devi merupakan guru yang paling Kiler diantara guru yang lainnya,tapi ketika di luar TPA,beliau sangat baik,sangat care,tetapi ketika kembali ke TPA,beliau kembali berubah menjadi seorang yang kiler,beliau tegas.
Pada suatu hari sabtu yang mana di hari sabtu  adalah hari hukuman,jadi di hari  sabtu tersebut adalah hari pengecekan absensi kehadiran, jika tidak hadir dalam seminggu maka dihari sabtu lah hukumannya,
Setelah pengecekan ternyata saya mendapatkan hukuman yang paling  berat karna saya hampir 2 minggu tidak hadir mengaji, akhirnya saya diberi hukuman merapikan rak alquran,menyapu perkarangan TPA dan bonus pukulan tangan sekitar 280 kali,karna jika sehari tidak hadir maka dapat hukuman 20 kali pukulan tangan, tangan kita di pukul menggunakan sapu lidi kecil.
Pada saat ituu saya sangatt marahh kepada beliauu,kenapa beliau se tega itu memukul saya,padahal kan beliau baik ketika di rumah,tetapi kenapa ketika di TPA beliau berubah menjadi jahat.Â
Ternyata sekarang saya baru paham mengapa beliau seperti itu,yang kadang kadang baik dan kadang kadang kiler dan judes, ternyata beliau harus profesional ketika bekerja.beliau harus memposisikan dirinya antara sebagai seorang guru atau sebagai seoarang kakak.
Saya orangnya juga suka menunda nunda pekerjaan , sering banget Ketika mau melakukan suatu pekerjaan ataupun pengen mencapai sesuatu kayak berat banget untuk memulai melakukannya.Â
Bisa jadi kita udah janji ke diri kita sendiri untuk mulai hari ini misalnya. Tapi setelah dipikir pikir misalnya mending dilakukan besok aja deh, dan sayangnya besok nya kita malah bilang "Ah udah,lusa aja deh" dan pas lusa kita bilang "awal bulan aja deh biar enak". sampai pada akhirnya pekerjaan itu nggak dikerjain sama sekali. Pastinya banyak banget yang punya masalah kayak gini. Bahkan sampai detik ini pun aku masih merasakan hal demikian.Â
Nggak jarang kita semua sering menunda menunda pekerjaan yang sebenarnya penting buat hidup kita, atau biasanya kita juga suka mengerjakan suatu pekerjaan itu di akhir ,jadi nya kayak ditunda tunda terus, padahal sebenarnya perilaku tersebut itu bisa dibilang nggak baik kalau keterusan. akhirnya kemungkinan akan membuat kerja  kita jadi nggak maksimal. Kak Devi juga mengajarkan saya agar tidak menjadi seorang yang suka menunda menunda pekerjaan.Â
Beliau mengajarkan saya gimana cara supaya kita bisa mengatasi rasa malas dan lawan kebiasaan untuk menunda. Beliau mencontohkan negara Jepang.Â
Orang Jepang dari kecil sudah dilatih untuk punya prinsip tertentu, dilatih untuk mengulang berbagai macam rutinitas kecil yang positif setiap harinya, dan rutinitas ini menjadi budaya dan mereka pakai terus sampai mereka dewasa, jadinya pas sudah gede dan sudah dewasa orang Jepang ini menjadi pribadi yang disiplin dan nggak malas Malasan.Â
Konsep dengan rutinitas ini akhirnya diberi dengan nama kaizen. Dari segi Bahasa kaizen diambil dari suku kata yang artinya adalah kai=berubah dan Zen=kebijaksanaan. Dan dari kedua kata tersebut dapat diartikan perubahan dalam hidup bisa dicapai secara perlahan dan dengan penuh kebijaksanaan. Â Prinsip ini juga dikenal sebagai prinsip 1 menit, kenapa? Â
Karena prinsip ini itu intinya adalah melatih seseorang untuk melakukan sesuatu hanya dalam 1 menit setiap harinya. Contohnya gini, jadi misalnya kamu  mau  ngaji ni, ya coba aja dengan 1 menit dulu dalam sehari. Dan kamu melakukan itu setiap hari di hari  yang sama.  Menariknya prinsip 1 min ini dapat melatih seseorang untuk melakukan sesuatu hanya dalam 1 min setiap harinya di waktu yang sama dan dapat melatih tanggung jawab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H