Tradisi Seba merupakan tradisi yang dilakukan untuk mensyukuri hasil panen yang sangat berlimpah dalam satu tahun.
Tradisi ini rutin dilakukan oleh masyarakat Baduy setiap tahunnya yang didalamnya terdapat prosesi silaturahmi antara masyarakat Suku Baduy dengan Pemerintah Kabupaten Lebak dan Provinsi Banten. Kata Seba sendiri memiliki arti Persembahan.
Dalam konteks upacara Seba, masyarakat Suku Baduy akan mempersembahkan hasil panennya kepada Pemerintah sebagai rasa syukur.
Sejarah mencatat, Tradisi Seba Baduy sudah dilaksanakan ratusan tahun, tepatnya sejak zaman Kesultanan Banten.
Tradisi ini dapat diartikan sebagai simbol ketaatan dan kesetiaan masyarakat Suku Baduy kepada pemerintah setempat.
Seba didahului oleh upacaa Kawalu, yang merupakan ungkapan rasa terima kasih kepada Tuhan atas keberhasilan dan keberlimpahan panen. Secara umum, Seba memiliki tujuan berupa harapan keselamatan dan ungkapan rasa syukur. Adapun tujuan upacara Seba secara khusus antara lain membawa amanat pu'un atau ketua adat, memberikan laporan, menyampaikan harapan, dan menyerahkan hasil bumi.
Dalam pelaksanaannya, Seba Baduy diikuti oleh ribuan masyarakat Suku Baduy baik Suku Baduy dalam maupun luar yang telah diseleksi terlebih dahulu, mengingat jarak yang akan ditempuh kurang lebih 80 KM.
Kedua kelompok masyarakat Baduy itu akan dibedakan dengan warna pakaian yang dikenakan. Baduy Dalam mengenakan busana dan ikat kepala berwarna putih. Sedangkan Baduy Luar mengenakan pakaian berwarna hitam dan ikat kepala berwarna biru. Sebelum Seba dilakukan, Urang Kanekes akan menggelar upacara kawalu terlebih dahulu selama 3 bulan.
Upacara kawalu merupakan tradisi Masyarakat Suku Baduy dalam mengungkapkan rasa Syukur kepada Tuhan. Setidaknya upacara tersebut dibagi kedalam tiga sesi.Â
Pada sesi ketiga akan tampak nuansa religi yang kental, seperti orang berusia 15 tahun ke atas akan berpuasa.Â