Lubang yang tergenang air tidak bisa terlihat seberapa dalamnya. Semua lubang terlihat datar dan rata dengan yang lain. Japar tak pernah berpikir tentang hal itu. Saat melintas di Desa Jatisawit, motor butut yang di gebernya tak mampu bekerja dalam kondisi mendadak. rem nya blong.
Karena rem tidak berfungsi, japar tidak bisa mengendalikan motornya yang melaju sampai kecepatan 110km/jam, motornya oleng sebelum terperosok di kubangan lumpur. Japar terpental dari kendaraanya beberapa meter dan tergeletak di tengah aspal, kepalanya membentur aspal dan tulang kakinya mungkin patah. Bersamaan dengan itu, Truk yang melaju dari arah berlawanan tepat melintas di depan tempat tergeletaknya tubuh Japar. Sopir truk masih sempat banting setir ke kiri tapi kendaraan terus melaju. Dan.....brrkk
Tubuh Japar terlindas ban truk. Darah mengucur di seluruh tubuh. Menggenang di aspal. Suara teriakan dari orang yang melihat kejadian kecelakaan riuh rendah. Ada puluhan orang mengerumuni tubuh Japar. Ada yang berteriak minta pertolongan, ada juga yang hanya ingin tahu penyebab kecelakaan. Beberapa orang mengangkat tubuh Japar ketrotoar dan mencari mobil yang bersedia mengantarkanya kerumah sakit.Â
30 menit kemudian Tubuh Japar telah berada di dalam mobil bak terbuka, dan akan di antar menuju rumah sakit terdekat. Tapi apa hendak dikata, nyawa japar tak tertolong. Ia meregang nyawa di tengah perjalanan Menuju rumah sakit.
***
Sementara Ningsih masih tetap menunggu kedatangan Japar. Belum tahu bahwa Japar telah meninggalkan dunia untuk selamanya. Sampai siang bolong Ningsih masih berada di beranda rumah, hatinya telah putus asa, di benaknya tak habis pikir tentang Japar. Ia masih bertanya tanya kenapa Japar tak menepati janjinya.Â
Bapak ningsih keluar rumah. Si Bapak menggandeng tangannya dan mengajak masuk kedalam rumah. Bapaknya mengatakan bahwa hanya orang kurang ajar dan brengsek yang dapat melakukan itu, dan bapaknya menyuruh Ningsih untuk menghapus nomor telepon Japar.
Di lokasi tempat kecelakaan itu sejak pagi hingga malam selalu ramai di padati orang yang tinggal di desa sekitar. Mereka banyak membicarakan tentang siapa yang bersalah dalam kecelakaan itu.Â
Segerombolan orang berkata bahwa penyebab kecelakaan adalah salahnya japar karena terlalu kencang mengendarai motor dan tidak gesit menghindari lubang. Gerombolan orang yang lain menyalahkan si sopir truk karena kurang cekatan dalam mengendalikan truknya. Dan kerumunan yang lain menyalahkan jalan karena banyak lubang di sana sini.
Lalu di tanggapi oleh segerombolan lainnya dengan mengatakan bahwa mengapa jalan ini selalu berlubang dan banyak menyebabkan kecelakaan.Â
Gerombolan lainya menjawab bahwa jalanan ini selalu berlubang karena tidak pernah di perbaiki, Tidak pernah di perbaiki karana tidak ada uang untuk memperbaiki. Tidak ada uang karena uangnya sekarang telah berada di dompet pak walikota dan tak pernah di keluarkan lagi.