Usai percakapan itu, Ningsih keluar rumah walaupun udara masih terasa dingin, langkah kakinya menuju ke sebuah bongkahan batu di bawah pohon mangga yang letaknya tepat di samping rumah. Dan duduk di situ.
Semenit kemudian tangan kirinya memasuki saku bajunya untuk mengambil Smartphone, dia ingin mengecek apakah pesan yang di kirimkan beberapa jam lalu sudah terbaca. Dan juga ingin melihat sudah jam berapa sekarang. Ternyata pesan yang ia kirim telah terbaca sejam yang lalu. Ningsih mulai berpikir bahwa apakah pesan yang dikirimnya tidak terbaca. Ataukah Japar tak memahaminya, dia mencoba kembali mengirim pesan mirip dengan pesan yang di kirimnya sejam lalu.
iya dong bang! Kan aku udah bilang kemaren, entar kalo abang udah siap, abang nanti telpon Ningsih yak?
Mata Ningsih tetap fokus di layar HP. Â Dia ingin memastikan apakah pesanya benar -benar terkirim kemudian berharap Japar segera menjawab. Satu menit, sepuluh menit hingga limabelas menit waktu telah berlalu. Japar belum juga membalas pesan maupun menelepon. Ningsih mulai tidak sabar menantikan telepon dari Japar. Kembali Ningsih mencoba menelepon Japar beberapa kali namun belum juga mendapat jawaban. Hati ningsih mulai cemas dan gelisah akibat situasi ini.
Jam sudah menunjukkan 06.11 pagi, Tidak terasa sudah pagi, dia beranjak dari duduknya dan berjalan mondar mandir. Matahari mulai menampakkan diri di ufuk timur. Awan-awan putih bergeser mengikuti gerak angin.Â
Singkat cerita, Setelah batin Ningsih sempat di buat cemas beberapa saat, akhirnya Japar pun menelepon. Dalam percakapan telepon tersebut Japar meminta maaf karena tidak menjawab panggilan ningsih dengan alasan sedang memperbaiki motornya, & di akhir percakapan japar meminta Ningsih untuk tetap sabar menunggunya. Japar berjanji akan menjemput Ningsih setelah motornya beres walaupun tak bisa menentukan sampai kapan.
Sekarang Sudah pukul 07.10 pagi. Tak terasa sudah 1 jam Ningsih menunggu kedatangan Japar. Duduk sendiri di situ membuatnya lelah. Badanya Sudah mulai letih, terkadang ada perasaan bimbang di hatinya Tapi Dia tidak berhenti sampai disini. Ningsih tetap menunggu dengan kesabaran dan keikhlasan.
Sementara Di tempat lain, Japar tengah bersiap siap menuju rumah ningsih dengan mengendarai motornya. Untuk menuju rumah ningsih harus melewati satu satunya jalanan aspal yang sempit serta berlubang dan tidak cukup di lewati dua mobil dengan jalur berlawanan. Setelah motor Japar melintasi jalanan ini kira kira sejauh 1,5 km dari rumahnya, sampailah dia di ruas jalan yang penuh lubang dan tikungan, pada saat hujan, lubang lubang yang tersebar di antara tikungan jalan itu akan mudah tergenang air. Dan sialnya, malam sebelumnya hujan deras mengguyur jalanan itu, di ruas jalan ini sering terjadi kecelakaan yang di sebabkan lubang jalanan yang semakin lama semakin bertambah jumlahnya.
Untuk dapat melewati ruas jalan tersebut para pengendara motor/ mobil membutuhkan konsentrasi dan harus menurunkan kecepatan laju kendaraannya.Â
Namun tidak dengan Si Japar, ia tetap melaju kencang dan menghindari setiap lubang jalanan dengan sangat lincah. Mungkin karena ingin cepat sampai di tujuan. Hp di saku Jeans nya sering bergetar karena ada panggilan dari seseorang. Terpaksa dia tak menjawab panggilan telepon tersebut. Ia lebih memilih berkonsentrasi melihat aspal bobrok yang seolah tidak pernah berakhir.
Getaran demi getaran telepon disakunya semakin membuatnya panik. Japar sempat berpikir untuk berhenti di tepi jalan dulu dan menjawab panggilan telepon. Tapi dia urungkan niatnya entah karena apa. Saat motornya melintas di flyover Kretek, japar menambah kecepatan laju motor. Di depan ada banyak lubang yang tengah menanti.Â