Tangis Maftuh pecah, terisak-isak. Amat sedih dan kehilangan. Tak pernah menyangka akan secepat ini mereka berpisah. Selama ini membayangkan ia dan Mashud akan berjuang dan sukses bareng. Menjalani persahabatan sampai kakek-kakek.
Tak lama setelah itu Maftuh pergi ke makan Mashud. Ia memandangi gundukan tanah yang masih basah dengan linangan air mata.
"Apakah ini maksudnya yang kau katakan kontrakmu sudah selesai dan kau tidak bisa melanjutkan kuliah karena suatu alasan?"
Usai tangis reda, mengirim doa untuk sang sahabat. Lalu berkata sebelum meninggalkan rumah baru Mashud.
"Mungkin ragamu telah tertanam di bumi. Tapi semangat dan cita-citamu selalu ada bersamaku. Selamat tidur, Kawan." "
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H