Radikal maupun Liberal bukanlah suatu aliran dalam Islam. Kedua hal itu adalah cara berfikir manusia, suatu bentuk pemikiran yang disebut faham, yang mana keduanya ada juga di agama agama lain selain Islam.
Pemikiran Radikal bersifat terlalu ketat (bukan hanya ketat) begitu pun pula Pemikiran Liberal bersifat terlalu longgar (bukan hanya longgar).
Orang radikal cenderung "taat" terhadap aturan bahkan "terlalu" taat (ketat), sedangkan orang liberal cenderung "toleran" bahkan "terlalu" toleran (bebas). Ini bukan bahasan agama yg cenderung sensitif, tetapi pembahasan bahwa otak manusia yg terdiri dari otak kiri (rasional) dan otak kanan (irrasional). Hal hal yang teratur rapi sesuai aturan termasuk ketaatan dikerjakan oleh otak bagian kiri manusia, sedangkan flexibility, toleransi, keikhlasan dan semua hal sejenis nya dikerjakan oleh otak bagian kanan manusia. Hal ini sama ketika kita berbicara tentang syariat vs hakikat yang sudah pasti ditanggapi oleh otak manusia dengan kecenderungan yang berbeda beda kiri atau kanan yg lebih dominan.
Pun Ketika kita bicara dalam konteks keagamaan yang didalam nya terdapat aturan aturan yang perlu ditaati dan ada juga yang bisa ditolerir, maka terbagilah pemikiran keagamaan manusia menjadi dua bagian yang menjadikan seseorang tersebut cenderung radikal atau cenderung liberal.
Kita bukan bicara tentang umat Islam yang sangat sensitif untuk dibicarakan, tetapi kita bicara tentang perilaku akal (otak) manusia dalam merespon dan memandang hal hal yang ada didalam Islam.
Ada suatu hal yang hampir dilupakan oleh umat Islam saat ini adalah bahwa Hukum Islam itu ada 5 yaitu Wajib, Sunah, Mubah, Makruh dan Haram. Namun sering terjadi dalam pandangan radikal bahwa Sunah direspon oleh akal sebagai hal yang harus dilakukan seperti hukum wajib atau dengan kata lain menggolongkan ahlussunnah yang hanya akan masuk surga, dan yang tidak menjalankan sunah cenderung dianggap oleh akal nya seperti keharaman, bahkan dengan ancaman sebutan kafir atau neraka atau dengan kata katanya yaitu bid'ah dll, padahal yang dibicarakan bukan hal yang wajib dan haram. Sebaliknya berbeda dengan pandangan liberal yang justru sering kali tidak memandang status hukum nya apakah wajib, sunah, mubah, makruh, haram, karena menurut akalnya semua hal dapat di toleransi, hal ini juga sering terjadi pada orang orang yg sedang menjalankan tarekat hakikat yang sering bertentangan dengan syariat. Sekali lagi, kita saat ini sedang membicarakan suatu ciptaan Allah yang sangat unik yaitu : "OTAK".
Penyakit Radikalisme maupun Penyakit Liberalisme terjadi karena respon otak menanggapi kekecewaan kemarahan di masa lalu yang menyakitkan yang tidak berkeadilan dan lain lain, menjadikan suatu trauma di akal nya yang memicu dan mengubah sikap respon diri nya terhadap banyak hal, yang selanjutnya mereka mencari agama untuk menjadi sandaran atas kekecewaan masa lalu nya itu.
Sebenarnya yang lebih menyedihkan dan mengkhawatirkan adalah bahwa agama menjadi alasan pembenaran atas sikap buruk nya dengan menyertakan dalil dalil yang sudah diputarbalikkan maknanya sesuai kebutuhan.
Agama yang sejatinya cinta damai, dirusak oleh pemikiran Radikal. Begitu pun Agama yang sejatinya mampu mengatur kehidupan bermasyarakat dan menjadi cara hidup manusia menjadi lebih baik adil dan sejahtera, rusak juga dengan alasan kebebasan dari pemikiran liberal.
Kawasan timur tengah yang sepanjang sejarah banyak terjadi peperangan dendam dan sakit hati karena anak nya atau orang tua nya terbunuh dalam perang dll akan membuat respon akal masyarakat mereka cenderung lebih radikal. Sedangkan kawasan barat dan Eropa yang masyarakat nya melakukan pembantaian penduduk asli hingga tak ada sisa seperti suku Indian, ataupun suku aborigin di dataran australia membuat respon akal kebebasan yang sangat dominan yang membawa mereka kepada pemikiran liberal.
Beruntung wilayah Nusantara dimasuki ajaran Islam dengan sangat smooth oleh pedagang Arab, India dan China yang sudah Islam lebih dulu yang digerakkan oleh para wali sampai sampai mengadopsi kata "wilayah" sebagai sebutan tempat para wali ini. Kisah peperangan Indonesia hanya mengahadapi bangsa Belanda dan Jepang tanpa pernah perang saudara sesama Islam seperti hal nya yang sering terjadi di kawasan timur tengah.