Pasang surut kondisi ekonomi akibat "kebrutalan" pandemi Covid-19 telah membuyarkan rencana dan ruang gerak kehidupan. Kita terpaksa dan dipaksa berhenti dari berbagai kegiatan normal. Bersekolah tidak boleh, bekerja dilarang, dipersulit. Cukup belajar dan bekerja di rumah saja, begitu katanya.
Kondisi sulit ini agaknya belum benar-benar berakhir. Bagi mereka yang mempunyai  tabungan berlebih barangkali tak soal karena cukup rebahan keuangan masih mencukupi. Bagi mereka yang bisa bekerja di rumah cukup sambil tiduran, uang lancar masuk ke nomor rekening.
Hal ini tidak berlaku bagi pekerja di luar rumah, para pekerja biasa dan serabutan, bukan seorang saudagar yang punya banyak kapal. Mereka memeras otak bagaimana cara agar dapur tetap ngebul. Mati-matian ia mempertahankan hidup agar tidak mati mengenaskan, agar tidak hidup menyedihkan. Bekerja apa pun demi sesuap nasi. Melakukan apa pun demi bertahan hidup.
Ada kala manusia hidup untuk makan. Ada kala manusia makan untuk hidup. Manusia butuh asupan makanan agar bisa hidup. Tak selamanya manusia bisa bertahan hidup tanpa makan dan minum.
Perdana Samekto MSc RD, Ahli gizi dan staf pengajar di Departemen Gizi Kesehatan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta menyatakan bahwa manusia memiliki batas waktu tertentu untuk mampu bertahan hidup tanpa makan dan minum. Manusia bisa bertahan tanpa makan hingga tiga minggu. Namun, tanpa minum hanya bisa bertahan 4-7 hari. (Kompas.com, 18/10/2018).
Lalu, sudah berapa minggu kita tidak leluasa bekerja akibat kondisi belakangan ini? Sudah berapa banyak orang yang kehilangan pekerjaan? Apa pun yang terjadi kita perlu bekerja untuk bisa makan. Kita harus bisa melewati keadaan tragis ini. Apa pun yang terjadi perut harus diisi. Apa pun yang terjadi yakin bisa makan.
Lupakan pendaftaran kartu Pra Kerja yang menjanjikan bantuan korban PHK dan karyawan terdampak Covid-19. Teknis pendaftaran yang memakai sistem gelombang justru hanya sebatas angin surga yang mengombang-ambingkan harapan. Sistem penerimaan yang ternyata diacak justru memporak-porandakan harapan mereka yang benar-membutuhkan bantuan sosial.
Belum termasuk kontroversi terkait kartu Pra Kerja dan pelatihan online. Jika kartu itu terus menggelayut di pikiran bakal membuat kita hanya terdiam berpangku tangan.
Jangan hiraukan para YouTuber yang pamer konten kekayaan rumah dan mobil mewah. Jangan berharap mendapat give away mobil atau smartphone dari mereka. Satu banding seribu orang yang mendapatkan hadiah menggiurkan tersebut.
Selamat bekerja Kembali. Tetap patuhi protokol kesehatan. Jangan karena kita ingin bertahan hidup justru mati karena virus. Patuhi imbauan pemerintah terkait social distancing, physical distancing, memakai masker saat berkegiatan di luar rumah, dan cuci tangan sesering mungkin agar kita bisa tetap bekerja, sekaligus mencegah dan tercegah penularan COVID-19. (Miv)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H