Menulis adalah cara seseorang mengungkapkan keresahan, mengkritik kondisi politik, menghujat kondisi sosial, dan meluruskan pemikiran yang keliru, atau justru melawan cara pikir tertentu.
Rizka Laily Nur Muallifa menjadikan esai sebagai media mengkritik pemikiran tertentu. Selain piawai menulis esai, Rizka juga menulis puisi dan cerpen. Ia tidak memfokuskan tema tertentu. Hampir semua genre dan tema ia garap.
"Aku menulis karena senang. Menulis ingin melawan cara pikir tertentu. Melawan yang bisa kulakukan adalah dengan menulis," terang Rizka dalam acara Menilik Dapur Menulis Esai di Kopi Parang Solo, Minggu, 19/01/2020.
Acara yang digagas Diskusi Kecil Pawon ini membedah 10 esai Rizka dalam buku Otobiografi Perubahan Iklim. Â Alumnus jurusan Pendidikan Administrasi Perkantoran, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS Surakarta itu mulai menulis sejak duduk di bangku SMA. Bakat menulis kembali bergemuruh saat gabung di lembaga pers kampus Kentingan UNS.Â
Rizka juga membekali diri dengan bergabung di komunitas Diskusi Kecil Pawon dan Bentara Muda Solo. Karya esainya bertebaran di berbagai media cetak dan online, serta berhasil menerbitkan beberapa judul buku.
bahasa yang nyastra dan sangat puitis.Â
Ani Mardatila malam itu bertindak sebagai moderator. Ia memantik diskusi yang dihadiri puluhan peserta. Ia menilai esai-esai Rizka punya ciri khasAni mempertanyakan etos kepenulisan Rizka sehingga mampu menulis esai dengan bahasa puitis.
Menanggapi moderator, Rizka menyatakan punya kegemaran membaca buku kumpulan esai, puisi, cerpen, dan novel. Buku-buku memperkaya daya ungkap dalam tulisannya. Rizka tak memungkiri buku-buku yang dibaca memengaruhi gaya penulisannya.Â
Menurut Rizka wajar apabila pembaca menemukan kemiripan gaya penulis lain pada tulisannya.
Buku Otobiografi Perubahan Iklim menghimpun 10 esai bertema bahasa dan literasi, yakni, Otobiografi Perubahan Iklim, Esai Solutif Versus Nyinyir, Menyangsikan Marwah Intelektualitas UNS, Benarkah Buku Itu Buku atau Manusia, dan Bahas Bahasa.
Judul lainnya Mahasiswa, Antara Membaca dan Karaoke, Tikungan Berbahasa Indonesia, Menjumpai Buku-Buku Sebagai Kawan, Buku-Buku Pesakitan, dan Menulis Esai Boleh Apa dan Bagaimana Saja.
Novelis Yudhi Herwibowo berpendapat bahwa esai-esai Rizka memiliki sentuhan pengalaman personal yang kuat. Penulis novel Sang Penggesek Biola itu bisa menebak masa kecil dan keseharian Rizka dari esainya.
Pendapat serupa dilontarkan Yessita Dewi. Esai Rizka menurutnya terlalu personal sehingga terkadang penulis kurang mengeksplorasi tema yang diangkat. (Miv)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H