Kompasiana. Izinkan saya berbagi berdasar pengalaman saya yang masih awam dan junior di
Sebagai media online Kompasiana mendapat pemasukan dari kunjungan pembaca dan iklan. Dibanding media lain yang membayar penulis dan menggaji reporter, Kompasiana tidak mengeluarkan uang itu.Â
K-Rewards sudah ideal dan adil bagi kontributor/penulis/ Kompasianer. Barangkali syarat minimal jumlah pembaca tidak berdasar artikel pilihan dan artikel utama, tetapi artikel keseluruhan jadi acuan ganjaran rewards, tentu dengan perhitungan standar media.
Jika ada anggapan takluk pada topik pilihan yang disodorkan juri jadi kunci sukses mendapat rewards, tidak sepenuhnya benar, juga tidak salah. Tergantung bagaimana cara menulis dan ide yang disampaikan. Menaklukkan topik pilihan jadi tantangan tersendiri. Butuh kejelian dan daya ungkap yang berbeda agar dilirik admin dan pembaca.
Terkhusus artikel kategori travel yang bulan Desember ini mendapat keistimewaan double rewards, menurut saya tidak berdampak signifikan. Saya hanya menulis 2 artikel wisata dan cuma dibaca puluhan orang. Alhamdulillah ada artikel kategori lain menjadi artikel pilihan dan artikel utama hingga mengumpulkan ribuan pembaca. Terima kasih dari hati dan perasaan luar dalam bagi pembaca artikel saya.
Bagaimana jika Kompasianers tergolong aktif menulis selama sebulan, tetapi tidak memenuhi syarat jumlah viewers sehingga tidak mendapat K-Rewards? Jika permasalahan syarat jumlah viewers hanya pihak Kompasiana berhak menjawab dan menjelaskan. Agak "aneh" menurut saya jika Kompasianer sebulan aktif menulis tapi tidak mendapat pengunjung, minimal sesuai yang disyaratkan.Â
Berapa artikel yang ia tulis dalam sebulan itu? Aktif posting berapa artikel perhari? Apakah artikel menarik bagi pembaca? Apakah artikel menarik bagi editor/ admin Kompasiana? Mampukah artikel mendatangkan pembaca? Semua bisa dilihat di statistik. Kita perlu instrospeksi, bukan hanya menghujat. Barangkali saya yang salah, masih bau kencur di Kompasiana.
Sekadar berbagi pengalaman, (semoga tidak dikategorikan  atau ada yang menyebut menyombongkan diri), saya bergabung di Kompasiana akhir November 2019, aktif menulis bulan Desember 2019 dengan posting artikel kurang lebih 50 tulisan.
Lalu, bagaimana jika Kompasianers tidak aktif menulis selama sebulan tetapi satu artikelnya memenuhi syarat jumlah viewers K-Rewards? Menurut saya itu hak Kompasiana dan rezeki bagi Kompasianers. Terkadang dunia kepenulisan kejam, kualitas tak sebanding kuantitas dan sebaliknya.
K-Rewards tidak melulu soal loyalitas dan kuantitas. Loyalitas tidak selalu berbanding lurus dengan apresiasi di ranah media. Ukurannya bukan aktif dan tidak kayak anak sekolah, tapi bagaimana artikel itu sendiri. Ada tiga hal yang perlu dicermati, yakni kualitas berita yang mampu mendatangkan pembaca, meningkatkan trafik pengunjung, mendatangkan iklan. Kita boleh berdebat tentang kualitas artikel. Jika artikel tak berkualitas itu hanya persepsi. Mungkin saja artikel mampu mendatangkan iklan, atau justru menarik bagi redaktur/ admin dan pembaca.