Mohon tunggu...
Miftahul Abrori
Miftahul Abrori Mohon Tunggu... Freelancer - Menjadi petani di sawah kalimat

Writer & Citizen Journalist. Lahir di Grobogan, bekerja di Solo. Email: miftah2015.jitu@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Mewaspadai Bendera Tauhid Berkibar di Reuni 212 Monas

30 November 2019   11:46 Diperbarui: 30 November 2019   12:06 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Persaudaraan Alumni (PA) 212 bakal menggelar Reuni Akbar di Monas, Jakarta, pada 2 Desember mendatang. Meski mendapat imbauan dari MUI agar tak mengadakan acara, namun panitia bergeming.

Ketua Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat MUI Cholil Nafis menyatakan acara reuni sudah tidak relevan karena aksi yang bermula unjukrasa terhadap Ahok dalam kasus penistaan agama sudah selesai.

Ahok telah menjalani proses hukum. Bahkan sudah bebas dan kini menduduki salah satu jabatan penting di Pertamina. Cholil berharap reuni jangan sampai menjadi kegiatan rutin keagamaan setiap tahun (Kompas.com, 26 November 2019).

Momentum "penjatuhan" Ahok apakah lebih bersejarah ketimbang Hari Sumpah Pemuda, Hari Pahlawan, atau Hari Kesaktian Pancasila?

Namun, peristiwa bersejarah itu luput dari perhatian pemuda masa kini. Energi mereka terkuras untuk hal kecil yang dibesar-besarkan, mungkin demi kepentingan segelintir kelompok.

Ada hal yang harus diwaspadai dalam kegiatan tersebut. Jangan sampai acara ditunggangi oleh kelompok yang tidak setuju Ahok menjabat di Pertamina. Ini berbahaya.

Aparat layak bertindak tegas jika di lapangan ada peserta atau pembicara yang terindikasi provokatif terhadap keberagaman dan kerukunan.

Hal lain yang perlu diwaspadai, jangan sampai bendera Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) berkibar dan berseliweran di acara reuni. Mereka yang masih mengembar-gemborkan khilafah juga patut ditindak.

Boleh saja sekelompok mengadakan acara reuni asal tetap berpegah teguh pada idealis pancasila.

Seperti diketahui ada saja peserta yang membawa bendera hitam bertuliskan kalimat Tauhid dalam acara reuni terdahulu. Bendera itu sering digunakan oleh kelompok HTI (Hizbut Tahrir Indonesia), kelompok yang dinyatakan terlarang di Indonesia.

Jika kita mengacu pada Undang-Undang, sebuah organisasi atau partai politik terlarang pasti atributnya juga tidak diperbolehkan dikibarkan. Ambil contoh PKI, segala kegiatan dan bendera yang terkait partai ini dilarang.

Salah Kaprah Istilah 'Bendera Tauhid'

Kita ingat insiden pembakaran bendera oleh Banser  yang menurut satu kelompok disebut "Bendera Tauhid" menyulut emosi beberapa kelompok Islam. Bendera yang bertuliskan kalimat Tauhid memancing aksi 'Bela Tauhid' di berbagai kota.

Salah satu oknum disinyalir menyusup pada Peringatan Hari Santri tahun 2018. Banser merupakan kelompok pemuda yang berada di naungan Nahdlatul Ulama (NU), organisasi terbesar dan salah satu tertua di Indonesia. Jelas tidak mungkin jika anggota Banser tidak paham bagaimana menghormati dan memuliakan kalimat Tauhid.

Pemuda Banser membakar bendera tersebut karena beranggapan bendera itu adalah bendera HTI, organisasi yang sudah dilarang beraktifitas di bumi tercinta Indonesia. Bahkan oknum yang membawa bendera itu disinyalir mengucapkan kata khilafah.

Lalu, apa artinya persatuan dan kedaulatan Indonesia, jika masih ada oknum yang berteriak lantang ingin menegakkan khilafah di Indonesia? Padahal NKRI Harga Mati!!

Menurut beberapa pakar Islam, tidak satu pun kelompok yang berhak memonopoli kalimat Tauhid sebagai identitas.

Ketua Indonesian Conference on Religions for Peace (ICRP) Prof. Dr. Musdah Mulia, dalam pernyataannya, dikutip dari voaindonesia.com (26/10/2018), mengatakan jika bendera Tauhid itu tidak ada, yang ada adalah bendera bertuliskan kalimat Tauhid, seperti bendera Arab Saudi, ISIS, Al Qaida, Hizbut Tahrir.

Penyebutan bendera Tauhid menurut Musdah memojokkan kelompok lain, seolah si pemilik bendera yang paling berhak mengatasnamakan Islam.

Meski mengatasnamakan Islam, organisasi ISIS, Al Qaida, HT jelas-jelas memperburuk citra Islam di mata dunia. Islam yang rahmatan lil alamin seolah menjadi beringas dan radikal. Siapa pun yang tak sepaham dimusuhi, tak segan menumpahkan darah. 

Lalu, apakah seperti itu ajaran Islam sesungguhnya? Tidak!!

Jadi, Selamat Reuni untuk PA 212. Tetap jaga Persatuan dan Kesatuan Indonesia!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun