Mohon tunggu...
Miftah Fauzi Sobar
Miftah Fauzi Sobar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Hubungan Internasional UIN Jakarta

Berpikir dan berjiwa besar adalah jalan ninjaku menuju masa depan

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Kebijakan Luar Negeri Indonesia terhadap Konflik di Palestina pada Masa Pemerintahan Soekarno

26 Oktober 2021   21:32 Diperbarui: 26 Oktober 2021   21:48 453
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keamanan. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Pixelcreatures

Sejak lahirnya negara Indonesia yakni pada tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia sudah berpegang teguh pada prinsip sistem politik luar negeri yang bebas dan aktif dalam melakukan hubungan dengan negara lain. 

Politik bebas dan aktif yakni politik luar negeri yang dianut Indonesia dengan tidak bergabung dan tidak terpengaruh dengan alasan politik dan mengecam, akan tetapi aktif dalam mewujudkan perdamaian dunia, sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945, berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Palestina adalah bangsa yang sampai saat ini berusaha untuk mendapatkan kedaulatan diranah dunia internasional. Konflik politik yang terjadi telah menjadikan Palestina hingga saat ini belum dapat mewujudkan sebuah negara yang aman dan berdaulat. 

Ditambah dengan adanya konflik internal antara Hamas dan Fatah menyebabkan wilayah Palestina terpecah menjadi dua wilayah kekuasaan yaitu wilayah Tepi Barat (West Bank) yang dikuasai oleh partai Fatah dan wilayah Jalur Gaza (Gaza Strip) yang dikuasai oleh partai Hamas.

Indonesia sangat mengecam segala bentuk penjajahan karena Indonesia pernah merasakan di posisi seperti demikian, oleh karena itu Indonesia sangat membantu Palestina dalam menegakkan kemerdekaannya. 

Terlebih lagi, Indonesia yang merupakan negara mayoritas muslim memiliki kesamaan pandangan dalam agama dengan Palestina yaitu islam, dan menjaga tempat yang dianggap suci dan bersejarah yakni Masjidil Aqsa. 

Hubungan yang cukup baik antara Indonesia dengan Palestina mendorong Indonesia untuk melakukan langkah inisiatif guna berperan dalam membantu penanganan korban perang dan proses pencapaian perdamaian antara Palestina dengan Israel. 

Selain itu juga, berdasarkan sejarah, hubungan bilateral antara Indonesia dengan Palestina sudah lama terjalin, yaitu sejak masa peralihan Indonesia menuju kemerdekaan hingga pengakuan kemerdekaan Indonesia. 

Yang mana Palestina merupakan bangsa pertama di kawasan Timur-Tengah yang menyiarkan kemerdekaan Indonesia di Radio Internasional melalui Mufti Palestina yang bernama Amin Al-Husaini. Berkat jasa dari Amin inilah, kemerdekaan Indonesia mendapatkan gemanya pada masyarakat internasional.  

Menurut Presiden Soekarno, setiap bangsa punya hak menentukan nasibnya sendiri tanpa melalui pengaturan dan campur tangan negara lain. Termasuk Palestina, yang mana dia berhak menentukan apa yang dia inginkan tanpa harus diatur oleh Israel yang memang sebagai tamu di kawasan tersebut. 

Maka dari itu, pemerintahan Soekarno pada saat itu berkontribusi untuk membantu Palestina didukung dengan politik Indonesia yang memang bebas dan aktif yang mengakibatkan Indonesia bisa membantu lebih warga Palestina.

Kebijakan yang diambil oleh Soekarno dalam mendukung keamanan dan perdamaian di Palestina terlihat dengan aturan yang Soekarno buat. Yang mana Soekarno beserta Pakistan menolak keras diikut sertakannya Israel dalam konferensi Asia-Afrika (KAA) tahun 1953, selain itu juga Soeakrno dengan tegas tidak memberikan visa kepada kontingen Israel pada Asian Games IV tahun 1962 dikarenakan Indonesia tidak mempunyai hubungan diplomatik dengan Israel dan Soekarno lebih mementingkan perasaan Palestina.

Akibatnya, Komite Olimpiade Internasional (IOC) menskors keanggotaan Indonesia dengan batas waktu yang tidak ditentukan. Namun, Soekarno justru malah memerintahkan Komite Olimpiade Indonesia keluar dari IOC pada Februari 1963. Soekarno terus melawan dengan sikap dan aksi yang nyata, Soekarno membentuk GANEFO pada tahun 1963, yang menjadi pertanda kebesaran bangsa Indonesia dan pertanda ketidaktergantungan pada kekuatan-kekuatan dunia yang ada.

Semasa pemerintahan Soekarno juga, Indonesia aktif mendukung perjuangan kemerdekaan Palestina. Tidak hanya ditingkat pemerintahan, rakyat Indonesia juga aktif mendukung kemerdekaan Palestina dan bangsa-bangsa lain seperti Aljazair dan Afrika Selatan. 

Melalui OISRAA (Organisasi Indonesia untuk Setiakawanan Rakyat Asia-Afrika) yang berdiri pada tahun 1960 dan tergabung dalam AAPSO (Organisasi Solidaritas Rakyat Asia-Afrika). Hingga saat presiden Soekarno lengser dan digantikan oleh Jenderal Soeharto pada tahun 1966, Soekarno tetap pada pendiriannya dalam hal perjuangan rakyat Palestina melawan Israel. 

Dalam Pidatonya pada hari ulang tahun republik Indonesia yang yang ke-21, ia mengatakan bahwa kita harus bangga bahwa kita adalah satu bangsa yang konsekuen terus, bukan saja berjiwa kemerdekaan, bukan saja berjiwa anti imperialism, tetapi juga konsekuen terus berjuang menantang imperialism. 

Itu pulalah sebabnya kita tidak mau mengakui Israel. Dari sini pun, penulis bisa menyimpulkan bahwa kebijakan-kebijakan yang Soekarno berikan untuk membantu keamanan dan perdamaian di Palestina sangat tinggi dan patut untuk diapresiasi. 

Dia sangat gigih dalam membantu penegakan pemerintahan Palestina yang aman dan tentram. Sehingga dari aksi-aksinya tersebut mampu membuat perasaan rakyat Palestina terbantu atas apa yang Soekarno lakukan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun