Sejarah Iqtishoduna ( Ekonomi Kita )
Dalam khazanah pemikiran ekonomi Islam kontemporer, banyak tokoh bermunculan menawarkan gagasannya masing-masing dalam rangka menangani kebuntuan system ekonomi konvensiaonal. Dalam hal ini, yang dimaksud adalah hegemoni system kapitalisme maupun system sosialisme dan komunisme.
Tumbangnya raksasa Uni Soviet pada era 1990-an dalam telah mematahkan hukum dialektika Kall Marx yang menyatakan bahwa sistem kapitalisme akan mengalami kehancuran dengan sendirinya. Dengan kata lain, kehancuran sistem kapitalisme merupakan sesuatu yang niscaya dalam sejarah manusia.
Bertolak belakang dari fakta sejarah tersebut, tidak mengherankan jika Fukuyama dalam bukunya The And Of History menyatakan bahwa kemenangan kapitalisme dalam menjawab permasalahan social ekonomi manusia, dianggap sebagai proses berhentinya sejarah manusia. Makna dari stetmen Fukuyama ini menandakan bahwa dunia dewasa ini tengah menggantungkan hidup pada satu system ekonomi saja yakni kapitalisme.
Walaupun demikian, jika melihat fakta-fakta yang terpampang dalam internal system kapitalisme, maka sudah saatnya lahir sebuah system alternative untuk menjawab permasalahan social ekonomi manusia dewasa ini. Kelemahan dan kebobrokan system kapitalisme setidaknya telah terpampang dalam rentang sejarah kehidupan manusia melalui krisis ekonomi yang dimulai pada tahun 1866 dan 1890, 1929, 1985, 1987, 1998, dan 2000.
Melihat fenomena-fenomena tragis yang telah di sebutkan tersebut, maka tidak mengherankan apabila sejumlah pakar ekonomi terkemuka, mengkritik dan mencemaskan kemampuan ekonomi kapitalisme dalam mewujudkan kemakmuran ekonomi di muka bumi ini. Bahkan cukup banyak klaim yang menyebutkan bahwa kapitalisme telah gagal sebagai sistem dan model ekonomi. Sejalan dengan hal tersebut, Anthony Gidden dalam bukunya The Thrid Way menyatakan dunia selayaknya mencari jalan ketiga dari pergumulan sistem dunia yakni kapitalisme dan sosialisme. Jalan ketiga tersebut, bagi Gidden terdapat dalam konsepsi Islam.
Kehadiran konsep ekonomi baru tersebut, bukanlah gagasan awam, tetapi mendapat dukungan dari ekonom terkemuka di dunia yang mendapat hadiah Nobel 1999, yaitu Joseph E.Stiglitz. Dia dan Bruce Greenwald menulis buku Toward a New Paradigm in Monetary Economics Mereka menawarkan paradigma baru dalam ekonomi moneter. Dalam buku tersebut mereka mengkritik teori ekonomi kapitalis (konvensional) dengan mengemukakan pendekatan moneter baru yang entah disadari atau tidak merupakan sudut pandang ekonomi Islam di bidang moneter, seperti peranan uang, bunga, dan kredit perbankan.
Oleh karena itu, dengan kegagalan system kapitalisme dalam mewujudkan kesejahteraan yang berkeadilan, maka menjadi keniscayaan bagi umat manusia untuk mendekonstruksi ekonomi kapitalisme menuju system ekonomi yang berkeadilan dan berketuhanan yang dalam hal ini tentu ekonomi Islam patut untuk dipertimbangkan sebagai salah satu alternative dalam merealisasikan kesejahteraan manusia.
Muhammad Baqir Ash-Sadr (selanjutnya disingkat dengan nama panggilan yaitu Sadr) sebagai salah satu tokoh intelektual dari kaum muslim kontemporer dewasa ini, hadir dengan gagasan original yang mencoba menawarkan gagasan sistem ekonomi Islam yang digali dari landasan doktrinal Islam yakni al-Quran dan al-Hadis. Baqir Ash-Sadr tidak sepakat bahwa ekonomi Islam adalah sistem ekonomi yang sama seperti sistem ekonomi sebelumnya seperti kapitalisme dan sosialisme.
Dalam pada itu, magnum opus yang menjadi dedikasi luar biasa Sadr terhadap pemikiran ekonomi Islam diwujudkan dalam Iqtishaduna yang telah diterjemahkan kedalam beberapa bahasa sampai saat ini.
Mazhab Baqir Ash-Sadr
Mazhab ini dipelopori oleh Baqir ash-sadr dengan bukunya yang fenomenal yaitu Iqtishaduna (ekonomi kita). Mazhab ini berpendapat bahwa ilmu ekonomi tidak pernah bisa sejalan dengan islam.  Ekonomi tetap ekonomi dan islam tetap islam.  Keduanya tidak akan pernah dapat dipersatukan karena keduanya berasal dari filosofi yang saling kontradiktif. Yang satu anti islam sedangkan yang lainnya Islam.Menurut mereka perbedaan filosofi ini berdampak pada perbedaan cara pandang keduanya dalam melihat masalah ekonomi.  Menurut ilmu ekonomi, masalah ekonomi muncul karena adanya keinginan manusia yang tidak terbatas dan ketersediaan sumberdaya yang terbatas. Mazhab Baqir menolak pernyataan ini, karena menurut mereka Islam tidak mengenal sumberdaya yang terbatas.  Seperti yang ada di dalam Alquran  Sungguh telah kami ciptakan segala sesuatu dalam ukuran yang setepat-tepatnya (54:49).  Oleh karena itu segala sesuatunya telah terukur dengan sempurna, Allah telah memberikan sumberdaya yang cukup bagi seluruh manusia di dunia.  Pendapat bahwa keinginan manusia tidak terbatas juga ditolak.  Contohnya Manusia akan berhenti minum jika dahaganya telah terpuaskan atau terpenuhi.
Mazhab Baqir Ash-Sadr berpendapat bahwa masalah ekonomi muncul karena adanya distribusi yang tidak merata dan adil sebagai akibat sistem ekonomi yang membolehkan exploitasi dari pihak yang kuat terhadap pihak yang lemah. Â Dimana yang kuat memiliki akses terhadap sumberdaya sehingga menjadi sangat kaya sedangkan yang lemah tidak meiliki akses ke sumberdaya sehingga menjadi sangat miskin. Â Oleh karena itu masalah ekonomi bukan karena sumberdaya yang terbatas tetapi karena keserakahan manusia yang tidak terbatas.
Oleh karena itu menurut mazhab ini istilah ekonomi islami adalah istilah yang menyesatkan dan kontradiktif. Sebagai gantinya ditawarkan dengan istilah yang berasal dari filosofi islam yaitu Iqtishad, yang secara harfiah berarti keadaan sama seimbang. Semua teori yang dikembangkan oleh ilmu ekonomi konvensional ditolak dan dibuang. Â Sebagai gantinya maka disusunlah teori-teori ekonomi baru yang digali dari Alquran dan Assunah.
Tokoh-tokoh mazhab ini selain muhammad Baqit as-Sadr adalah Abbas Mirakhor,Baqir al-Hasani, Kadim as-Sadr,Iraj Toutounchian, dan lain-lain.
Daftar Pustaka
Karim, Adiwarman A. 2007. Ekonomi Mikro Islam. Jakarta: PT raja grafindo persada
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi (p3ei). 2008, ekonomi islam Jakarta: PT raja grafindo persada
Suherman Roshidi, 1998, Pengantar Teori ekonomi: Pendekatan Kepada Teori Ekonomi Mikro dan Makro, Jakarta: PT raja grafindo persada
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H