Mohon tunggu...
Miftachul Khawaji
Miftachul Khawaji Mohon Tunggu... Seniman - Guru

Tukang gambar dan kadang suka nulis.. 👨‍🎓Islamic History and Civilization 2016

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Raden Saleh: Seorang Patriotis atau Antek Belandakah?

22 Mei 2023   09:15 Diperbarui: 22 Mei 2023   09:40 1402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.kompasiana.com/image/miramarsellia/5519304b813311a8749de0c6/dua-abad-setelah-kelahiran-seorang-raden-saleh?page=1

Di sana lah ia memperoleh kisah yang berlawanan dengan versi pemerintah Belanda, yang mana menurut anak-cucu pejuang yang tinggal di desa-desa tersebut, tidak mungkin pangeran sudi menyerahkan diri sementara dukungan rakyat masih cukup besar. Iya, pangeran dijebak untuk kemudian ditangkap dalam sebuah strategi picik atas nama perundingan perdamaian, bukan pasrah datang untuk menyerahkan diri.

Alhasil, karya lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro versi Raden Saleh dibuat berdasarkan semangat nasionalisme yang ada dalam diri Raden Saleh. Ia menggambarkan sang pangeran terlihat tegap perkasa menatap lurus wajah De Kock tanpa adanya rasa takut. Ini menggambarkan jilatan api kamarahan yang berkobar di wajah pangeran karena ia telah ditipu. 

Di dalam lukisan itu pula ia ingin memperlihatkan kepicikan dan kepongahan Belanda, di mana kepala tokoh-tokoh Belanda di dalam lukisan tersebut digambarkan seperti ikan buntal yang menggelembung demikian besar. Penggambaran versi Raden saleh inilah yang di kemudian hari menjadi inspirasi bagi para pelukis yang datang di era berikutnya menggambarkan sosok heroik dari Pangeran Diponegoro lengkap dengan sorban dan jubah putihnya.

Tentu semangat kecintaan terhadap bangsa dan tanah air yang membumbui karya tersebut juga terpengaruh oleh kedekatan emosi sebagai sesama pribumi. Terlebih lagi, keluarga Raden Saleh pun tidak sedikit yang menjadi pendukung pangeran Diponegoro.

Itulah mengapa kemudian para pejabat Hindia-Belanda yang mengetahui kecerdasan dan bakat Raden Saleh menyarankan agar Raden Saleh dibawa ke Eropa, tidak hanya untuk tujuan keilmuannya saja, tapi juga sekaligus merupakan upaya menjauhkan Raden Saleh agar tidak terpengaruh turut serta melawan pemerintah kolonial, karena bagi mereka akan sangat disayangkan jika bibit berpotensi tersebut harus disingkirkan karena tidak sejalan dengan pemerintahan kolonial.

Meskipun demikian, setelah lebih dari dua dekade Raden Saleh menghabiskan waktunya di daratan Eropa, ia tetap mewarisi semangat kecintaan terhadap bangsa dan tanah airnya. Hanya saja ia mengekspresikannya melalui jalan dan media yang berbeda. Yakni melalui pesan-pesan simbolik dalam karya-karya yang dibuat selama hidupnya, karena terkadang, seni dapat menjelaskan lebih lugas apa yang ingin disampaikan oleh penciptanya. Sebagaimana yang pernah disampaikan oleh seorang sufi besar dari India, Hazrat Inayat Khan: "Apa yang tak bisa disampaikan oleh ilmu pengetahuan, maka seni dapat mencoba menjelaskan..."

Kekuatan seniman, menurut 'Allama Sir Iqbal, yakni terletak pada kemampuannya membuat orang lain merasakan tingkat intuisi dalam pengalaman penting sang seniman. Tentu tak cukup hanya sampai di situ, kesenian sejati dalam Islam haruslah memiliki manfaat nyata serta mampu menjadikan para penikmatnya meningkatkan kadar kualitas dirinya. Dalam kaitannya dengan kehidupan Raden Saleh dan karya-karyanya yang penuh nafas semangat patriotisme tersebut, diharapkan mampu menggelorakan semangat membara bagi para penikmatnya agar senantiasa meningkatkan kecintaannya terhadap bangsa dan tanah airnya.

 

kompas.id
kompas.id

https://www.kompasiana.com/image/miramarsellia/5519304b813311a8749de0c6/dua-abad-setelah-kelahiran-seorang-raden-saleh?page=1
https://www.kompasiana.com/image/miramarsellia/5519304b813311a8749de0c6/dua-abad-setelah-kelahiran-seorang-raden-saleh?page=1

Daftar Pustaka

Effendi, Kurnia. 2019. Mencari Raden Saleh. Yogyakarta: Diva Press.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun