Mohon tunggu...
Miftachudin Arjuna
Miftachudin Arjuna Mohon Tunggu... Dosen - Educational Technology and TESOL

Sehari-hari mengajar di IAIN Salatiga bidang teknologi pendidikan dan Bahasa Inggris. Selebihnya belajar mengembangkan diri lewat bisnis dan kerja sosial untuk masyarakat. Moto: Give more, receive most insyaallah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Rahasia Puasa 22 Jam di Eropa

20 Juni 2015   13:00 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:43 988
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menarik saat membaca beberapa artikel tentang rentang puasa di berbagai negara. Puasa terlama tercatat 22 jam seperti di Reykjavik, Iceland sedangkan yang terpendek selama 9 jam 43 menit di Puntas Arenas, Chile. Orang Indonesia yang terbiasa dengan puasa selama 13 jam mungkin iri jika melihat puasanya orang Chile (serasa pengen migrasi ya...), sekaligus takjub 'hebat atuh kuat puasa selama 22 jam' jika melihat orang Iceland. Saya sendiri belum pernah ke Chile jadi sepertinya tidak bisa membandingkan keadaan di sana. Akan tetapi saya akan membandingkan kondisi UK tempat saya kuliah saya dulu. Kenapa UK? karena jaraknya yang dekat dengan Iceland, bisa jadi UK cukup untuk merepresentasikan kondisi di Iceland.

Saya termasuk kategory 'Bang Toyib' karena tiga kali lebaran tidak pulang-pulang. Lebaran pertama waktu itu tahun 2010 di Hyderabad India, kemudian tahun 2011 dan 2012 merayakan di UK.  Pengalaman saya waktu di UK memang puasanya kurang lebih 19 jam. Sebuah pengalaman yang menarik dan luar biasa karena ternyata kita ini mampu untuk menahan lapar dan dahaga selama itu. Termasuk kesan teman-teman Indonesia, waktu itu juga mengatakan hal yang sama 'Hebat ya...'. Tapi ternyata ada rahasia dibalik itu semua.

Rahasianya adalah cuaca yang membuat kita kuat saat melaksanakan puasa. Dominasi cuaca yang dingin sepanjang tahun membuat kita jarang dan malas untuk minum. Makanya teman-teman Indonesia pernah bercanda mempertanyakan eksistensi abang-abang tukang bakso, mie goreng dan es krim keliling. Kok gak ada ya... atau warung sego kucing kok juga ga pernah buka lapaknya? nah loh jawabannya sudah jelas, siapa juga yang mau kedinginan di luar rumah. Mending nongkrong nonton TV di akomodasi, minum hot chocolate (gaya dikit, biasanya sih cuman teh kalau dikampung), toast, pastries sama pisang goreng (kalau pas nemu mbak cantik yang jual gorengan di perempatan).

Spring, Summer, Fall (Authum), dan winter semuanya dingin menurut saya, soalnya selalu pakai jaket kemana-mana. Takut kena flu. Summer misalnya walaupun katanya musim panas tetapi pada kenyataannya suhu rata-rata sekitar 15an dejarat. Walaupun Mbak Nurul Aini dan Mbak Siti Wahadi bilang suhu di London 2 tahun yang lalu 'berasa banget' panasnya karena mungkin imbas global warming, ambil contoh 20 derajat, tetap saja dingin. Kalau mau uji coba, hidupin AC deh dengan temperatur segitu.

Di UK, bulan puasa berlangsung antara akhir Spring dan Summer, jadi terasa suhunya mulai agak hangat sedikit demi sedikit. Dengan mendung yang kadang menggelantung dan angin yang sepoi-sepoi tentunya membuat kita selalu aman dan nyaman dari keinginan minum dibanding kalau kita di Indonesia terus jalan-jalan di bawah terik sinar matahari. Ya, pokoknya serasa adem ayem di ruangan ber AC lah.

Dari rahasia inilah kemudian kita mengambil kesimpulan bahwa Gusti Allah itu ternyata maha adil. Ya sih, dikasih waktu lebih panjang dalam berpuasa tapi di sisi lain diberi kenyamanan kondisi untuk melaksanakannya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun